Pemerintah Suriah yang masih baru telah mencari investasi untuk membangun kembali negara setelah perang sipil yang menghancurkan selama bertahun-tahun.
Suriah telah menandatangani serangkaian kesepakatan investasi dengan perusahaan internasional, mencakup 12 proyek strategis besar di bidang infrastruktur, transportasi, dan real estat dengan total nilai $14 miliar. Ini menjadi upaya terbaru untuk menghidupkan kembali ekonomi yang hancur akibat perang.
Proyek-proyek tersebut termasuk investasi $4 miliar untuk Bandara Damaskus yang ditandatangani bersama UCC Holding asal Qatar, serta kesepakatan $2 miliar dengan perusahaan investasi nasional Uni Emirat Arab untuk membangun metro di ibu kota Suriah, kata Talal al-Hilali, kepala Otoritas Investasi Suriah, dalam seremoni di istana kepresidenan Damaskus pada Rabu.
Ini menjadi kabar baik bagi pemerintahan baru Presiden Ahmed al-Sharaa, yang tengah berjuang mengatasi dampak buruk kekerasan sektarian antara pejuang Badui dan Druze di provinsi selatan Suwayda pada 13 Juli. Pasukan pemerintah dikerahkan untuk meredakan konflik, namun kekerasan justru meningkat. Israel juga melancarkan serangan ke pasukan Suriah dan membombardir pusat kota Damaskus dengan dalih melindungi komunitas Druze.
Proyek investasi besar lain di Damaskus mencakup proyek Damascus Towers senilai $2 miliar dengan perusahaan Italia UBAKO, kesepakatan $500 juta untuk Baramkeh Towers, dan $60 juta untuk Baramkeh Mall.
Sejak penggulingan penguasa lama Bashar al-Assad pada Desember lalu dalam serangan kilat pemberontak, otoritas baru Suriah berupaya menarik investasi untuk membangun infrastruktur yang hancur dalam perang sipil hampir 14 tahun.
Proyek-proyek ini "akan meluas di seluruh Suriah dan menjadi perubahan besar dalam infrastruktur dan kehidupan ekonomi," kata al-Hilali pada Rabu, menyebut kesepakatan ini sebagai "titik balik" bagi masa depan Suriah.
Al-Sharaa dan utusan khusus AS untuk Suriah, Tom Barrack, hadir dalam seremoni penandatanganan, menurut laporan agensi berita resmi SANA. Barrack mengapresiasi pencapaian ini, menyatakan Suriah akan menjadi "pusat baru" perdagangan dan kemakmuran.
PBB memperkirakan biaya rekonstruksi pascaperang Suriah melebihi $400 miliar. Beberapa kesepakatan sudah diumumkan, termasuk kerja sama $6,4 miliar dengan Arab Saudi bulan lalu.
Pada Juli, Suriah juga menandatangani kesepakatan $800 juta dengan perusahaan UAE, DP World, untuk mengembangkan Pelabuhan Tartous. Sementara di Mei, Suriah menjalin kerja sama energi $7 miliar dengan konsorsium perusahaan Qatar, Turki, dan AS.
AS dan Uni Eropa baru-baru ini mencabut sanksi terhadap Suriah setelah lengsernya al-Assad, membuka peluang investasi dan perdagangan lebih luas.