Parlemen Madagaskar telah menggelar pemungutan suara untuk memberhentikan Presiden Andry Rajoelina yang tengah terdesak, hanya beberapa jam setelah ia melarikan diri ke luar negeri. Langkah ini menyusul aksi satuan elit militer yang berbalik melawannya dan merebut kekuasaan setelah unjuk rasa Gen Z yang mematikan berlangsung selama berminggu-minggu.
Suara tersebut dilakukan pada Selasa sore, bersamaan dengan upaya Rajoelina untuk membubarkan parlemen melalui dekrit yang diposting di media sosial lebih awal hari itu, namun ditolak oleh oposisi.
“Saya telah memutuskan untuk membubarkan Majelis Nasional, sesuai dengan Konstitusi,” posting Rajoelina di X pada hari Selasa. “Pilihan ini diperlukan untuk memulihkan ketertiban dalam Bangsa kita dan memperkuat demokrasi. Suara Rakyat harus didengarkan kembali. Beri jalan bagi kaum muda.”
Unjuk rasa, yang awalnya meletus karena kelangkaan listrik dan air, telah berkembang menjadi krisis paling serius yang dihadapi negara dan pemerintah Rajoelina dalam beberapa tahun terakhir. “Saya terpaksa mencari tempat yang aman untuk melindungi nyawa saya,” kata Rajoelina, yang tidak mengungkapkan lokasinya, dalam siaran langsung selama 26 menit pada hari Senin setelah satuan militer papan atas, yang dikenal luas sebagai CAPSAT, dilaporkan merebut penyiar negara. Unit yang sama mengumumkan pada Selasa sore bahwa mereka “yang memegang kendali” saat parlemen menyelesaikan proses pemakzulan.
Rajoelina belum menanggapi pemakzulan tersebut dan belum melepaskan jabatannya sebagai kepala negara. Partai-partai oposisi menginisiasi suara pemakzulan dengan tuduhan bahwa Rajoelina “meninggalkan” jabatannya.
Tidak ada pemimpin yang jelas di negara tersebut.
Madagaskar memiliki sejarah panjang mengenai krisis dan pemberontakan politik. Kepergian Rajoelina dari negara itu sendiri seakan menjadi pengulangan menyeramkan dari unjuk rasa pada 2009 yang mengakibatkan keruntuhan pemerintahan sebelumnya dan kenaikannya ke tampuk kekuasaan. Namun, pemerintahannya dituduh melakukan korupsi dan mengelola ekonomi yang stagnan.
Berikut hal-hal yang perlu diketahui tentang bagaimana unjuk rasa berlangsung dan satuan militer yang berbalik melawan presiden:
Apa yang memicu unjuk rasa?
Ratusan pengunjuk rasa yang marah, dipimpin oleh gerakan muda bernama “Gen Z Madagascar,” mulai memadati ibu kota Antananarivo pada 25 September, dengan unjuk rasa pada akhir pekan mencatat jumlah demonstran terbesar dalam tiga pekan gejolak.
Awalnya berupa kemarahan atas pemadaman air dan listrik yang terus-menerus yang membuat bisnis dan rumah tangga tanpa listrik atau air mengalir selama lebih dari 12 jam, dengan cepat meningkat menjadi kekecewaan terhadap tata kelola pemerintahan secara umum.
Para pengunjuk rasa mengecam kemiskinan yang meluas, tingginya biaya hidup, dan korupsi negara yang mereka klaim telah menguntungkan elit bisnis berkat kedekatan dengan pemerintah. Para demonstran mulai menyerukan berakhirnya pemerintahan Rajoelina yang telah berlangsung 15 tahun, dan untuk menciptakan “masyarakatakat yang bebas, egaliter, dan bersatu.”
Meskipun Rajoelina memberhentikan perdana menterinya dan mencoba melakukan perombakan kabinet, para pengunjuk rasa tidak puas, yang memuncak pada dukungan CAPSAT kepada para pengunjuk rasa pada hari Sabtu dalam apa yang disebut presiden sebagai “upaya merebut kekuasaan”. Unit tersebut, dalam sebuah pernyataan, menyatakan menolak “perintah untuk menembak” para demonstran.
Sekitar 80 persen dari 31 juta penduduk negara itu hidup dalam kemiskinan ekstrem pada 2022, menurut Bank Dunia, sebagian besar disebabkan oleh ketidakstabilan politik dan bencana iklim parah yang mempengaruhi pasokan makanan. Hanya sepertiga populasi yang memiliki akses listrik, menurut Dana Moneter Internasional, dengan perusahaan energi milik negara, Jirama, dituduh melakukan korupsi dan salah urus.
Para demonstran yang marah memblokir jalan dengan ban dan batu yang dibakar, serta dilaporkan menyerang gedung-gedung publik, infrastruktur transportasi, dan toko-toko swasta. Sebagai tanggapan, petugas keamanan merespons dengan “kekuatan yang brutal” menurut Perseikatan Bangsa-Bangsa, dengan laporan yang menyebutkan polisi menembakkan peluru karet, granat setrum, dan gas air mata. Setidaknya 22 orang meninggal dan puluhan lainnya terluka, kata PBB dalam pernyataan pekan lalu, meskipun pemerintah membantah angka-angka tersebut.
Rajoelina mengabaikan seruan untuk mengundurkan diri dan menuduh para pengunjuk rasa yang menuntut kepergiannya ingin “menghancurkan negara kita.” Upayanya untuk meredam kemarahan dengan membubarkan pemerintah dan menunjuk Jenderal TNI Ruphin Fortunat Zafisambo sebagai perdana menteri baru pada 6 Oktober, serta mengundang para pengunjuk rasa untuk berunding, ditolak oleh para demonstran, yang menuduh pemerintah berkuasa “dengan senjata”.
Siapa yang memimpin unjuk rasa?
Para pengunjuk rasa muda, yang dipimpin oleh kelompok “Gen Z Madagascar,” memulai demonstrasi pada akhir September, menyusul pemberontakan yang dipimpin pemuda serupa yang terjadi dalam setahun terakhir di negara-negara seperti Nepal, Maroko, Kenya, dan Bangladesh.
Di Madagaskar, para pengunjuk rasa menyatakan mereka menuntut diakhirinya 16 tahun “kelambanan” oleh pemerintah Rajoelina, dan telah berjanji bahwa mereka tidak akan dibungkam.
“Mereka tidak mau mendengarkan kami di jalan,” bunyi pernyataan di situs web Gen Z Madagascar. “Hari ini, berkat teknologi digital dan suara Generasi Z, kami akan menyuarakan pendapat kami di meja kekuasaan di pihak oposisi. Untuk mengakhiri 16 tahun kelambanan, mari kita menuntut transparansi, akuntabilitas, dan reformasi yang mendalam.”
Gerakan tersebut menyoroti tiga tuntutan kepada pemerintah: pengunduran diri segera Rajoelina dan pemerintahannya, pembubaran Senat, komisi pemilihan umum, dan mahkamah konstitusi, serta penuntutan “pengusaha dekat presiden”, merujuk pada penasihat Rajoelina yang juga seorang pengusaha, Maminiaina Ravatomanga.
Gerakan itu memperingatkan bahwa Rajoelina akan diseret ke Pengadilan Internasional Hak Asasi Manusia atas berbagai tuduhan mulai dari represi hingga penggelapan uang jika tuntutan mereka tidak dipenuhi.
Lambang Gen Z Madagascar, sebuah bendera menampilkan tengkorak bajak laut dan tulang bersilang yang mengenakan topi khas Madagaskar, adalah referensi dari serial komik Jepang, One Piece, yang mengisahkan sekelompok bajak laut muda yang bersatu untuk melawan pemerintah otoriter. Bendera tersebut telah menjadi ciri khas unjuk rasa yang dipimpin pemuda secara global.
Bendera ini dikibarkan oleh para pengunjuk rasa Indonesia untuk mengekspresikan ketidakpuasan jelang hari kemerdekaan negara tersebut pada bulan Agustus, serta oleh para pemuda demonstran yang menggulingkan pemerintahan Nepal pada bulan September.
Kelompok-kelompok tentara Madagascar bergabung dengan ribuan pengunjuk rasa di ibu kota pada 11 Oktober 2025, setelah mengumumkan bahwa mereka akan menolak segala perintah untuk menembak para demonstran [Luis Tato/AFP]
Siapa Presiden Rajoelina, dan di mana dia berada?
Lokasi Presiden Rajoelina saat ini tidak diketahui. Terdapat spekulasi bahwa dia diterbangkan keluar negeri menggunakan pesawat militer Prancis, menurut penyiar Prancis RFI, namun Prancis belum memberikan komentar. Madagaskar merupakan bekas jajahan Prancis, dan Rajoelina dilaporkan memiliki kewarganegaraan Prancis – sebuah isu yang telah memicu kemarahan banyak pihak selama bertahun-tahun.
Dalam pernyataan Facebook-nya pada Senin malam, presiden menyerukan dialog “untuk mencari jalan keluar dari situasi ini” dan mendesak warga Madagaskar untuk menghormati konstitusi. Dia tidak mengungkapkan lokasinya dan tidak menyatakan pengunduran dirinya.
Langkah untuk membubarkan parlemen dari pengasingan semakin mempereskalasi krisis dan menimbulkan kebingungan, tetapi kelompok-kelompok oposisi menolaknya dan memilih untuk memakzulkan presiden.
“Dasar hukum untuk hal ini tidak jelas saat ini,” kata analis yang berbasis di Kenya, Rose Mumunya, kepada Al Jazeera. “Apakah dia masih presiden? Secara hukum, iya, tetapi mengingat militer telah mengumumkan akan mengambil alih [lembaga-lembaga keamanan], kelegalan keputusannya untuk membubarkan parlemen menjadi tidak begitu jelas,” ujarnya.
Pria berusia 51 tahun itu pertama kali berkuasa pada tahun 2009 sebagai pemimpin pemerintahan transisi menyusul kudeta tanpa darah terhadap presiden sebelumnya, Ravalomanana. Sebagai anggota oposisi dan walikota Antananarivo, Rajoelina memimpin protes-protes keras yang berlangsung berminggu-minggu mulai Januari 2009 melawan Ravalomanana, yang dikritiknya karena “membatasi kebebasan” di negara tersebut.
Sekitar 130 orang tewas dalam krisis itu. Rabalomanana melarikan diri ke Afrika Selatan pada Maret 2009 menyusul kudeta militer. Pengumuman Rajoelina sebagai pemimpin ironisnya didukung oleh CAPSAT. Komunitas internasional mengkritik intervensi militer tersebut dan memberikan sanksi kepada Madagaskar selama bertahun-tahun.
Rajoelina terpilih pada tahun 2019 dan terpilih kembali dalam pemilu 2023 yang disput dan diboikot oleh oposisi. Pemerintahannya, meski awalnya populer, menghadapi tuduhan korupsi, peningkatan represi, dan pelanggaran HAM, menurut para analis. Mantan Perdana Menteri Christian Ntsay dan pengusaha Maminiaina Ravatomanga, termasuk di antara tokoh-tokoh terkemuka yang banyak dikritik di negara tersebut. Keduanya tiba di Mauritius dengan penerbangan pribadi pada hari Minggu, menurut pihak berwenang setempat.
Apa itu CAPSAT, satuan militer yang dituduh melakukan kudeta?
CAPSAT, atau Corps d’administration des personnels et des services administratifs et techniques, adalah satuan elit yang bermarkas di distrik Soanierana di pinggiran Antananarivo. Pemimpin kelompok tersebut, Kolonel Michael Randrianirina, mengumumkan pada hari Selasa bahwa satuan tersebut “yang memegang kendali.”
Sementara Rajoelina memiliki pendukung berpengaruh di satuan-satuan militer penting lainnya, analis Mumunya mencatat bahwa dia tidak mampu mendapatkan dukungan serupa dari CAPSAT.
Satuan ini pertama kali tampak memberontak setelah para anggotanya bergabung dengan ribuan pengunjuk rasa di Antananarivo pada hari Sabtu dan menyerukan pengunduran diri Rajoelina. Para demonstran menyambut anggota CAPSAT yang bersenjata dan memadati truk-truk sambil mengibarkan bendera Madagaskar. Terdapat laporan tentang tim-tim CAPSAT bentrok dengan pasukan keamanan pendukung Rajoelina.
Seorang perwakilan kontingen tersebut mengatakan dalam pernyataan video pada hari Sabtu bahwa “mulai sekarang, semua perintah angkatan bersenjata Malagasi, baik darat, udara, maupun laut, akan berasal dari markas besar CAPSAT.” Satuan tersebut mendesak semua pasukan keamanan untuk menolak “perintah untuk menembak” dan berdiri bersama para pengunjuk rasa.
Pada hari yang sama, CAPSAT melantik seorang kepala staf pertahanan baru, Jenderal Demosthene Pikulas, dalam sebuah upacara di markas besar angkatan darat. Menteri Angkatan Bersenjata Manantsoa Deramasinjaka Rakotoarivelo mendukung langkah ini dalam upacara tersebut dengan berkata, “Saya memberikan restu saya.”
Pada hari Minggu, Kolonel CAPSAT Randrianirina mengatakan kepada wartawan bahwa tindakan unitnya tidak bisa dikatakan sebagai kudeta. “Kami menjawab panggilan rakyat, tetapi ini bukanlah kudeta,” ujarnya, berbicara dalam sebuah pertemuan pada hari Minggu di luar balai kota Antananarivo, di mana kerumunan besar berkumpul untuk mendoakan korban kekerasan. Satu prajurit CAPSAT dilaporkan tewas dalam bentrokan dengan unit keamanan lainnya pada hari Sabtu.
Militer Madagaskar telah beberapa kali turut campur dalam politik selama berbagai krisis sejak tahun 1960, ketika negara itu meraih kemerdekaan dari Prancis. Analis Mumunya mengatakan para pemimpin CAPSAT dengan hati-hati menghindari deklarasi kudeta secara terang-terangan untuk menghindari kecaman internasional, seperti dalam pemberontakan tahun 2009. Langkah oposisi untuk memakzulkan presiden akan mengesahkan pengambilalihan kekuasaan sementara militer bertahan untuk memastikan tidak ada kudeta balasan, ujarnya.
“Ini semacam tarik-ulur antara Rajoelina dan militer … tetapi keseimbangan kekuasaan tidak berpihak pada Rajoelina,” kata Mumunya. “Kemungkinan sedang berlangsung negosiasi antara oposisi politik, elit bisnis, dan pasukan keamanan untuk membentuk pemerintahan sipil baru yang akan menarik bagi kaum muda,” tambahnya.
“Jadi, apakah pemerintahannya secara efektif telah runtuh? Saya pikir kita mungkin dapat menyimpulkan demikian,” ujarnya.
Mahkamah Agung, di mana Rajoelina memiliki pendukung, menurut para analis, kemungkinan akan mengkaji dan mengonfirmasi apakah presiden dapat membubarkan parlemen dari lokasi yang tidak diketahui, atau apakah pemakzulannya dapat berlaku.