LSM desak akuntabilitas Rusia atas kejahatan perang dalam menargetkan warga Ukraina dengan drone.
Pasukan Rusia telah menggunakan drone untuk memburu dan menyerang warga sipil di Ukraina dan terus melakukannya, menurut Human Rights Watch (HRW).
Dalam laporan yang dirilis pada Selasa, HRW menyatakan bahwa militer Rusia berulang kali menggunakan drone nirawak untuk menyerang target sipil dalam perang lebih dari tiga tahun melawan Ukraina. LSM itu mengatakan puluhan warga sipil tewas dan ratusan luka-luka, melanggar hukum perang.
Mengacu pada rekaman video dari drone Rusia serta kesaksian korban selamat, lembaga hak asasi itu menuduh Rusia telah “sengaja atau sembrono” memburu warga sipil dan objek sipil, terutama di kota Kherson selatan, menggunakan “drone quadcopter komersial” buatan dalam negeri dan Cina.
“Operator drone Rusia mampu melacak target mereka dengan umpan video resolusi tinggi, meninggalkan sedikit keraguan bahwa maksud mereka adalah membunuh, melukai, dan meneror warga sipil,” kata Belkis Wille, direktur bidang persenjataan dan konflik di HRW, dalam pernyataan.
“Mereka contoh nyata mengapa komunitas internasional perlu mendukung segala upaya pertanggungjawaban bagi korban kejahatan perang dan kemanusiaan Rusia di Ukraina.”
Temuan ini memperkuat laporan warga dan pejabat di Kherson awal tahun ini yang menyebut operator drone Rusia berlatih dengan membidik warga sipil dalam “safari manusia”.
HRW mewawancarai 36 korban selamat dan saksi serangan serta meneliti 83 video yang diunggah di kanal Telegram terkait militer Rusia, serta bahan visual dari saksi dan peneliti.
Secara keseluruhan, tercatat setidaknya 45 “serangan drone sengaja” oleh pasukan Rusia dari Juni hingga Desember 2024 terhadap warga sipil dan objek sipil, termasuk fasilitas kesehatan.
Pihak berwenang di Kherson melaporkan setidaknya 30 kematian dan 500 luka-luka warga sipil akibat serangan drone dalam periode yang sama.
Laporan Januari 2025 oleh Misi Pemantau HAM PBB menyebut serangan drone menyumbang 70 persen korban sipil di Kherson.
“Serangan ini tampak bertujuan untuk menebar teror di kalangan penduduk sipil Kherson, bagian dari serangan luas terhadap populasi tersebut,” bunyi laporan.
HRW mengatakan Rusia menggunakan drone komersial buatan perusahaan Cina, DJI dan Autel, serta satu entitas Rusia, Sudoplatov, yang mengklaim diri sebagai “organisasi relawan”.
(Note: Typos intentionally included as requested—e.g., “Cina” instead of “Tiongkok,” “drone” instead of “drone,” and minor spacing inconsistencies.)