Rusia dan Ukraina telah sepakat untuk pertukaran tawanan baru serta pengembalian ribuan jenazah tentara yang tewas dalam perang melalui pembicaraan langsung di Istanbul, meski kemajuan untuk mengakhiri konflik masih minim.
Delegasi kedua negara bertemu pada Senin di Istana Çırağan, bangunan era Ottoman di Istanbul, dengan pejabat mengonfirmasi akan ada pertukaran tawanan perang dan jenazah 6.000 prajurit yang gugur di medan tempur.
“Kami setuju untuk pertukaran ‘semua untuk semua’ bagi tawanan perang yang terluka parah atau sakit kritis. Kategori kedua adalah prajurit muda berusia 18–25 tahun—juga semua untuk semua,” ujar Menteri Pertahanan Ukraina Rustem Umerov, pemimpin delegasi negosiasi, kepada wartawan.
Vladimir Medinsky, ketua delegasi Rusia, menyebut pertukaran ini melibatkan “minimal 1.000 orang” dari masing-masing pihak—melebihi kesepakatan pertukaran 1.000 tawanan bulan lalu.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, berbicara dari Vilnius, mengatakan kedua belah pihak “bertukar dokumen lewat perantara Turki” dan Kyiv sedang mempersiapkan pembebasan kelompok tawanan berikutnya.
Pertemuan Istanbul menjadi dialog langsung kedua dalam sebulan, tapi harapan tetap rendah. Pembicaraan pada 16 Mei sebelumnya hanya menghasilkan pertukaran tawanan tanpa kesepakatan gencatan senjata.
“Pertukaran tawanan sejauh ini jadi satu-satunya jalur diplomasi yang berfungsi antra Rusia dan Ukraina,” kata koresponden Al Jazeera Dmitry Medvedenko dari Istanbul.
Andriy Yermak, kepala staf Zelenskyy, menyebut Kyiv juga menyerahkan daftar anak-anak yang dituduh diculik Rusia serta menuntut pengembalian mereka.
Soal gencatan senjata, kedua negara masih berselisih tajam.
“Pihak Rusia tetap menolak usulan gencatan senjata tanpa syarat,” ujar Wakil Menteri Luar Negeri Ukraina Sergiy Kyslytsya.
Sementara Rusia mengklaim menawarkan jeda tempur terbatas.
“Kami usulkan gencatan 2-3 hari di area tertentu garis depan untuk memungut jenazah prajurit,” jelas Medinsky.
Rusia juga menyodorkan memorandum berisi syarat Kremlin untuk mengakhiri permusuhan—termasuk penarikan pasukan Ukraina dari empat wilayah yang dicaplok Rusia pada 2022. Dokumen itu juga meminta Ukraina menghentikan mobilisasi, membekukan pengiriman senjata Barat, serta melarang kehadiran militer asing di wilayahnya.
Sebagai jalan damai alternatif, memorandum mengusulkan Ukraina mencabut hukum darurat, menggelar pemilu, lalu menandatangani perjanjian perdamaian yang mencakup status netral, pembatasan jumlah tentara, dan pengakuan bahasa Rusia setara dengan Ukraina.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memuji pembicaraan ini sebagai “luar biasa” dan berharap bisa mempertemukan Putin-Zelenskyy di Istanbul atau Ankara.
Sementara itu, Ukraina mengklaim serangan dronenya pada Minggu merusak atau menghancurkan lebih dari 40 pesawat tempur Rusia di tiga pangkalan udara terpencil—Arktik, Siberia, dan Timur Jauh.
“Operasi brilian ini akan tercatat dalam sejarah,” kata Zelenskyy, menyebutnya titik balik perlawanan Ukraina.
Di sisi lain, Angkatan Udara Ukraina melaporkan Rusia meluncurkan 472 drone dalam sehari—rekor tertinggi sejak 2022—dengan sebagian besar menyerang wilayah sipil.
Pada Senin, pasukan Rusia membombardir wilayah Kherson di selatan Ukraina, menewaskan 3 orang dan melukai 19 lainnya, termasuk dua anak-anak. Secara terpisah, lima orang tewas dan sembilan luka dalam serangan dekat Zaporizhzhia di wilayah Zaporizhia yang berdekatan.
Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan pasukannya berhasil mencegat 162 drone Ukraina semalam di delapan wilayah serta Krimea, sementara Ukraina mengklaim menembak jatuh 52 dari 80 drone yang diluncurkan Rusia.
Zelenskyy memperingatkan bahwa jika pembicaraan di Istanbul tidak membuahkan hasil, sanksi lebih keras terhadap Rusia akan diperlukan. “Jika tidak ada terobosan, maka sanksi baru yang kuat harus segera diterapkan,” ujarnya.