Para pengunjuk rasa menuntut keadilan atas kebakaran klub malam yang menewaskan 63 orang di kota Kocani pada bulan Maret.
Diterbitkan Pada 16 Nov 2025
Ribuan pengunjuk rasa telah berarak di ibu kota Macedonia Utara, Skopje, mendesak dijalankannya keadilan bagi 63 orang yang tewas dalam kebakaran di sebuah klub malam pada Maret silam.
Unjuk rasa pada Sabtu tersebut dilangsungkan menjelang persidangan terhadap 34 orang dan tiga perusahaan yang didakwa terkait insiden itu, yang tercatat sebagai kebakaran paling mematikan dalam sejarah Macedonia Utara.
Rekomendasi Cerita
Kebakaran berkobar di klub Pulse yang padat di kota timur Kocani selama sebuah konser hip-hop pada 16 Maret, memicu kepanikan massal yang menewaskan 63 orang. Sekitar 200 lainnya mengalami luka-luka.
Sebagian besar korban berusia antara 16 hingga 26 tahun.
Para keluarga korban dan pendukung mereka berbaris menuju parlemen Macedonia Utara pada hari Sabtu, mengenakan pakaian hitam dan membentangkan spanduk besar bergambar para korban dengan tulisan, “63 bayangan akan mengikuti kalian”.
Para pengunjuk rasa juga meneriakkan yel-yel “keadilan untuk Kocani”.
Para keluarga menyalahkan korupsi dan keserakahan atas tewasnya anak-anak mereka di tempat hiburan yang tidak berizin di Kocani itu. Pihak berwenang menyatakan api dipicu oleh nyala piroteknik yang melalap atap klub dan bahwa tempat tersebut memiliki banyak pelanggaran keamanan yang serius.
Natalija Gjorgjieska adalah salah satu dari keluarga yang menuntut keadilan pada Sabtu itu.
Suaminya, musisi Andrej Gjorgjieski, tewas dalam kebakaran tersebut. “Kami menuntut kebenaran. Di mana kesalahan terjadi, siapa yang tidak bertindak, institusi mana yang terlambat, siapa yang memiliki tanggung jawab untuk mencegahnya dan tidak melakukannya?” ujarnya.
Kejaksaan telah menyampaikan dakwaan terhadap 34 orang, di antaranya pemilik klub, penjaga keamanan, dan mantan walikota Kocani, serta perwakilan dari tiga entitas hukum, termasuk firma keamanan dan perusahaan milik pemilik klub.
Mereka dituduh melakukan “kejahatan serius terhadap keamanan publik”.
Terdakwa lainnya mencakup para inspektur, pegawai negeri, dan mantan menteri ekonomi. Jika terbukti bersalah, mereka menghadapi hukuman hingga 10 tahun penjara.
Korupsi telah lama menjadi masalah di Macedonia Utara. Pemantau berbasis di Berlin, Transparency International, menempatkan Macedonia Utara pada peringkat ke-88 secara global dalam Indeks Persepsi Korupsi tahun lalu, salah satu peringkat terburuk di Eropa.
Penyuapan kepada pihak berwenang untuk mengindari persyaratan perizinan dan mengelak dari regulasi keamanan merupakan hal yang lumrah.
Uni Eropa berulang kali menyatakan kekhawatiran atas merajalelanya korupsi di negara tersebut, mengidentifikasikannya sebagai hambatan utama bagi aksesi negara itu ke dalam blok tersebut. Macedonia Utara adalah negara kandidat veteran, yang telah menunggu untuk masuk ke Uni Eropa sejak tahun 2005.