Presiden Erdogan adakan pertemuan dengan Perdana Menteri Sharif untuk ‘tingkatkan solidaritas di bidang edukasi, berbagi intelijen, dan dukungan teknologi’.
Presiden Turkiye Recep Tayyip Erdogan telah berbincang dengan Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif di Istanbul, beberapa minggu setelah konflik militer antara Islamabad dan New Delhi.
Kedua negara akan berusaha tingkatkan kerja sama, khususnya di bidang pertahanan, energi, dan transportasi, menurut kantor Erdogan pada Minggu.
Erdogan mengatakan kepada Sharif bahwa penting bagi Turkiye dan Pakistan untuk memperkuat solidaritas dalam pendidikan, berbagi intelijen, serta dukungan teknologi dalam melawan “terorisme,” menurut pernyataan resmi.
Pertemuan di ibu kota bisnis Turkiye ini terjadi saat Ankara menghadapi kecaman dari India atas dugaan pengiriman senjata ke Islamabad selama konflik terbaru antara kedua negara Asia Selatan itu. Ankara menyangkal telah mengirim senjata ke Pakistan.
Beberapa minggu terakhir, Erdogan menyatakan solidaritas dengan Pakistan setelah India melancarkan serangan militer di sembilan lokasi di Pakistan dan Kashmir yang dikelola Pakistan. New Delhi menyatakan serangan itu sebagai balasan atas aksi bersenjata terhadap turis di Pahalgam, Kashmir yang dikelola India, pada 22 April, yang menewaskan 25 warga India dan satu warga Nepal. India menuduh Pakistan mendukung serangan tersebut secara tidak langsung—klaim yang dibantah Pakistan.
Turkiye memperingatkan risiko “perang besar” antara kedua negara pemilik senjata nuklir itu dan mendesak kedua belah pihak untuk “bertindak bijak” guna kurangi ketegangan, sambil mendukung permintaan Pakistan untuk penyelidikan internasional atas serangan Pahalgam.
Kedua negara mengumumkan gencatan senjata pada 10 Mei.
### Turkiye hadapi kecaman di India
Turkiye dan Pakistan lama memiliki hubungan ekonomi dan militer yang erat.
Pada Februari, Erdogan mengunjungi Islamabad, di mana kedua negara menandatangani 24 perjanjian kerja sama untuk memperkuat hubungan bilateral.
Sebagai tanda ketidakpuasan India terhadap Ankara, juru bicara Kementerian Luar Negeri India pekan lalu menyatakan bahwa “hubungan dibangun atas dasar saling menghargai kepentingan masing-masing.”
“Kami berharap Turkiye mendesak Pakistan untuk menghentikan dukungannya terhadap terorisme lintas batas dan mengambil langkah nyata serta terverifikasi terhadap ekosistem teror yang telah mereka lindungi selama puluhan tahun,” kata Randhir Jaiswal dalam konferensi pers Kamis lalu.
Sementara itu, toko kelontong dan platform fashion online ternama di India menyatakan boikot produk Turkiye, mulai dari cokelat, kopi, selai, kosmetik, hingga pakaian.
Situs fashion India milik Flipkart dan Reliance milik miliarder Mukesh Ambani menghapus berbagai merek pakaian asal Turkiye dari platform mereka.
Namun, impor barang India dari Turkiye senilai $2,7 miliar per tahun didominasi oleh bahan bakar mineral dan logam mulia. Belum jelas bagaimana perdagangan bilateral akan terpengaruh di tengah ketegangan ini.
Perusahaan travel India juga menunda pemesanan penerbangan, hotel, dan paket liburan ke Turkiye “sebagai bentuk solidaritas terhadap kepentingan dan kedaulatan nasional India.”
India secara resmi belum memerintahkan boikot produk Turkiye. Namun, Kementerian Penerbangan Sipil India pada 15 Mei mencabut izin keamanan perusahaan layanan darat penerbangan asal Turkiye, Celebi.