Partai Buruh Kurdistan (PKK) telah secara resmi melepaskan perjuangan bersenjatanya yang berlangsung selama 40 tahun pada bulan Mei, lalu menggelar upacara simbolis pada Juli di mana mereka memusnahkan sejumlah senjata pertama.
Dipublikasikan Pada 26 Okt 2025
Klik untuk membagikan di media sosial
share2
Partai Buruh Kurdistan (PKK) menyatakan sedang menarik semua pasukannya dari Turkiye ke Irak utara sebagai bagian dari proses perdamaian dengan Turkiye, mengakhiri proses pelucutan senjata yang berlangsung berbulan-bulan pasca konflik bersenjata selama empat dekade yang menewaskan puluhan ribu jiwa.
“Kami sedang melaksanakan penarikan semua pasukan kami dari dalam Turkiye,” ungkap PKK dalam sebuah pernyataan yang dibacakan pada Minggu di daerah Qandil, Irak utara, menurut seorang jurnalis Agence France-Presse (AFP) yang hadir dalam upacara tersebut.
Rekomendasi Cerita
list of 3 items
end of list
PKK merilis sebuah gambar yang menunjukkan 25 pejuang – delapan di antaranya perempuan – yang telah tiba di sana dari Turkiye.
PKK, yang secara resmi melepaskan perjuangan bersenjatanya selama 40 tahun pada bulan Mei, kini sedang melakukan transisi dari pemberontakan bersenjata ke politik demokratis dalam upaya mengakhiri salah satu konflik terpanjang di kawasan ini, yang telah merenggut nyawa sekitar 50.000 orang.
Namun, mereka mendesak Turkiye untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memajukan proses ini, yang dimulai setahun lalu ketika Ankara menyodorkan perdamaian yang tak terduga kepada pemimpin mereka yang dipenjara, Abdullah Ocalan.
“Langkah-langkah hukum dan politik yang diperlukan oleh proses ini… serta hukum-hukum kebebasan dan integrasi demokratis yang diperlukan untuk berpartisipasi dalam politik demokratis harus segera diterapkan tanpa penundaan,” bunyi pernyataan itu.
Kelompok tersebut menyatakan ingin melanjutkan perjuangan demokratis untuk membela hak-hak minoritas Kurdi sesuai dengan seruan bersejarah dari Ocalan.
Pada bulan Juli, kelompok ini mengadakan upacara simbolis di pegunungan Irak utara, di mana mereka menghancurkan sejumlah senjata pertama, yang dipuji oleh Turkiye sebagai “titik balik yang tidak dapat diputar kembali”.
“Hari ini adalah hari baru; sebuah halaman baru telah terbuka dalam sejarah. Hari ini, pintu bagi Turkiye yang besar dan kuat telah terbuka lebar,” ucap Presiden Turkiye Recep Tayyip Erdogan pada saat itu.
Beralhirnya konflik Turkiye dengan kelompok bersenjata ini dapat memiliki konsekuensi yang lebih luas bagi kawasan, termasuk dengan Suriah tetangga, di mana Amerika Serikat bersekutu dengan pasukan Kurdi Suriah, yang oleh Ankara dianggap sebagai cabang dari PKK.