Rayhan Demytrie
Koresponden BBC untuk Kaukasus Selatan
Getty Images
Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan menghadapi pemilu penting tahun depan.
Konflik sengit antara Perdana Menteri Nikol Pashinyan dan Gereja Apostolik Armenia telah memicu serangkaian penangkapan massal, tuduhan rencana kudeta, serta tawaran luar biasa dari pemimpin Armenia untuk memperlihatkan bagian pribadinya demi membuktikan bahwa ia seorang Kristen.
Awal pekan ini, Pashinyan mengunggah di akun Facebook-nya—yang diikuti 1,1 juta orang—bahwa ia siap membuka diri di hadapan pemimpin Gereja Armenia dan juru bicaranya, untuk membuktikan bahwa tuduhan mereka salah tentang dirinya yang diklaim telah disunat.
Media sosial menjadi sarana komunikasi favoritnya sejak ia naik jabatan setelah Revolusi Beludru Armenia tahun 2018.
Pashinyan menghadapi pemilu krusial tahun depan, sementara Gereja telah menjadi suara anti-pemerintah yang menonjol sejak Armenia kalah dalam perang melawan Azerbaijan tahun 2020.
Tawaran anehnya Senin lalu muncul setelah postingan Facebook seorang pendeta di kota Masis, barat daya Armenia, yang menuduh Pashinyan telah disunat, menyamakannya dengan Yudas, dan mengisyaratkan bahwa ia bukan Kristen.
"Gereja Apostolik Suci kita harus segera membersihkan diri," kata Pastor Zareh Ashuryan, "dari para ‘penganut’ palsu yang mengkhianati bangsa, menodai ingatan leluhur, melanggar sakramen baptis, dan mengganti simbol Salib Suci dengan tanda sunat."
Ketegangan antara Gereja dan negara dimulai akhir Mei ketika sang perdana menteri menuduh pemimpin Gereja Apostolik Armenia, Katolikos Karekin II, melanggar kaul selibat dan memiliki anak, serta menuntut pergantian pemimpin gereja.
Gereja membalas dengan pernyataan yang menuduh Pashinyan merusak "kesatuan spiritual" Armenia, tapi tidak menanggapi klaim tentang anak tersebut.
Media pro-pemerintah kemudian menyebarkan foto dan nama anak Karekin II yang disebut-sebut, sementara Pashinyan membentuk "kelompok koordinasi" untuk mengatur pemilihan pemimpin gereja baru—meski konstitusi menjamin pemisahan gereja dan negara.
Getty Images
Katolikos Karekin II (foto) dituduh melanggar kaul selibat dan memiliki anak.
Ketika Karekin II kembali dari Uni Emirat Arab pekan lalu, ratusan pendukung menyambutnya di bandara Yerevan sambil meneriakkan "Vehapar" (Sang Pontif). Ia menyerukan persatuan dan menegaskan bahwa mereka akan "melewati kesulitan ini" bersama.
Krisis memanas pada Rabu ketika aparat keamanan menahan 16 orang, termasuk Uskup Agung Bagrat Galstanyan, seorang rohaniwan senior yang memimpin gerakan oposisi Sacred Struggle. Mereka dituduh merencanakan aksi teror untuk merebut kekuasaan.
Di antara yang ditahan adalah anggota oposisi, mantan anggota parlemen, pengusaha, dan seorang blogger.
Komite Investigasi Armenia menyatakan kelompok tersebut merencanakan pembentukan 250 "kelompok penyerang" yang masing-masing beranggotakan 25 orang untuk melancarkan serangan dan menciptakan kekacauan massal. Sejumlah "benda dan barang untuk aktivitas kriminal" juga ditemukan dalam penggeledahan.
Uskup Agung Galstanyan, yang memimpin protes besar anti-pemerintah tahun lalu, kini ditahan selama dua bulan sebelum persidangan. Ia dituduh merencanakan terorisme dan upaya penggulingan negara. Pengacaranya menolak tuduhan itu sebagai "persekusi politik."
Penangkapan ini terjadi setelah media pro-pemerintah mempublikasikan apa yang mereka klaim sebagai rencana kudeta oposisi, yang disebut melibatkan Gereja, miliader Rusia-Armenia Samvel Karapetyan, dan dua mantan presiden—Robert Kocharyan dan Serzh Sargsyan.
Pashinyan membagikan montase foto keempat orang itu dan menyebut peristiwa ini akan tercatat dalam sejarah sebagai "revolusi gagal para penjahat."
Getty Images
Uskup Agung Bagrat Galstanyan, pemimpin gerakan oposisi Sacred Struggle, ditahan awal pekan ini.
Samvel Karapetyan, pemegang kewarganegaraan ganda Rusia-Armenia, adalah salah satu orang terkaya di Armenia dengan kekayaan diperkirakan $4 miliar. Ia pemilik Tashir Group, yang terkenal dengan merek pizza di Rusia, serta operator properti dan Jaringan Listrik Armenia—distributor energi utama di negara itu.
Karapetyan, salah satu donatur terbesar Gereja Apostolik Armenia, ditangkap setelah mengunggah video dukungannya bagi Gereja. "Saya selalu berdiri bersama Gereja dan rakyat Armenia. Jika politisi tidak berhasil, kami akan turun tangan sendiri dalam kampanye melawan Gereja ini," katanya.
Beberapa jam kemudian, aparat menggeledah rumahnya, menahannya, dan kemudian menjeratnya dengan tuduhan menyerukan penggulingan kekuasaan secara terbuka. Ia membantah semua tuduhan tersebut.
Juru bicara Pashinyan menyiratkan bahwa sang miliader menggunakan "manual klasik dari utara"—merujuk jelas pada Rusia.
Pashinyan kemudian mengumumkan rencana nasionalisasi Jaringan Listrik Armenia (ENA) milik Karapetyan dan memerintahkan pengambilalihan segera.
Pasca penangkapannya, spanduk raksasa bergambar Karapetyan muncul di Moskow, dan diaspora Armenia di Rusia menyatakan dukungan. Kementerian Luar Negeri Rusia menyatakan sedang "memantau ketat" situasi "warga negara Rusia Samvel Karapetyan" dan akan memastikan hak-haknya dihormati.