Banyak warga biasa yang tadinya normatif tiba-tiba berhadapan dengan prosedur pidana, seiring makin banyak kasus kekerasan dalam rumah tangga dan kemiskinan yang dibuka—semuanya terjadi di tengah bayang-bayang trauma.
Banyak orang tanpa catatan kriminal sebelumnya pertama kali terjebak dalam sistem ini di tahun 2024, pasca trauma akibat 7 Oktober dan Perang Israel-Hamas, seperti diungkap laporan tahunan Kantor Pembela Umum yang dirilis Selasa.
Bagian pertama laporan tersebut membahas kaitan antara trauma nasional akibat pembantaian dan perang dengan statistik kriminal serta prosedur hukum. Banyak warga biasa yang tiba-tiba berurusan dengan prosedur pidana, sementara kasus KDRT dan kemiskinan kian meningkat—semua terjadi dalam konteks trauma.
Laporan itu juga menguraikan beban berat pada birokrasi dan otoritas yang terlibat dalam proses ini.
Selain itu, terjadi peningkatan kasus yang melibatkan remaja, banyak di antaranya kehilangan struktur hidup yang jelas.
Kejahatan di Kalangan Remaja Memburuk Saat Perang
Ini bukan masalah baru, tapi semakin parah akibat perang, catat laporan itu, setelah banyak remaja dievakuasi atau berpindah-pindah karena kondisi keamanan.
Struktur hidup mereka kacau, komunitas terpecah, dan banyak yang tinggal di hotel dalam kondisi tidak stabil serta kurangnya kepastian.
Terkait tapi berbeda, laporan ini juga menyoroti langkah-langkah legislatif yang diambil otoritas. Termasuk di antaranya perluasan wewenang kepolisian untuk menggunakan tindakan yang biasanya hanya dipakai dalam situasi darurat. Tindakan ini sekarang dipakai terhadap tersangka, sementara laporan juga mencatat kenaikan keluhan soal kekerasan polisi yang mengkhawatirkan.
(Seorang tentara Israel terluka dibawa keluar dari helikopter saat tiba di rumah sakit Haifa setelah serangan penembakan di Lembah Yordan, di Haifa, Israel. Kredit: AMIR COHEN/REUTERS)