Penerbang Wingsuit Tewas Usai Melompat dari Gitschen di Pegunungan Alpen Swiss

Ken Banks dan Ben Philip
BBC Skotlandia

Liam Byrne, asal Stonehaven, Aberdeenshire, tampil melompat dari puncak gunung dalam dokumenter BBC berjudul "The Boy Who Can Fly".

Seorang penerbang wingsuit asal Skotlandia meninggal dunia saat melakukan lompatan di Pegunungan Alpen Swiss. Juara Inggris Liam Byrne, 24 tahun, mengalami luka kritis di Gunung Gitschen pada Sabtu setelah meluncur dari ketinggian 7.874 kaki (2.400 meter).

Byrne, yang berasal dari Stonehaven, Aberdeenshire, menjadi sorotan dalam dokumenter BBC 2024 berjudul The Boy Who Can Fly. Ia digambarkan sebagai penerbang wingsuit yang sangat berpengalaman—sejenis terjun payung dengan mengenakan baju khusus yang memungkinkan daya angkat di udara—dan telah menyelesaikan lebih dari 4.000 lompatan dalam karirnya selama 10 tahun.

Dalam dokumenter, Byrne bercerita, "Aku ingat sekitar usia 13 tahun, aku bilang ke ayahku bahwa aku ingin belajar terbang seperti burung."

Instruktur terjun payung ini menjelaskan, "Bahkan di sekolah, aku sering menatap burung camar terbang di luar jendela dan selalu merasa iri dengan kebebasan mereka untuk terbang begitu saja."

"Aku sering bertanya, kenapa aku begitu mencintai terbang? Mungkin otakku bekerja berbeda, atau aku menghadapi ketakutan dengan cara yang beda. Tapi aku tahu diri—pekerjaan kantoran jauh lebih menakutkan bagiku daripada risiko mati saat base jump atau wingsuit."

Byrne mengaku bahwa meski ia berusaha membuat olahraga ini aman, ia sadar betapa hal itu mengkhawatirkan keluarganya. Ia menekankan persiapan sebagai kunci keselamatan.

"Sepuluh tahun terakhir kuhabiskan untuk melatih keterampilan dan mengurangi risiko. Aku bukan pencari adrenalin yang sembrono. Persiapan selalu jadi inti dari setiap tantanganku. Semakin aku siap, semakin besar kendaliku."

Olahraga Ekstrem

Byrne telah menekuni olahraga ekstrem sejak muda. Di usia 12 tahun, ia mendaki Gunung Kilimanjaro (5.895 meter) di Tanzania. Petualangannya berlanjut ke kereta anjing di Arktik, menyelam, dan pendakian puncak-puncak tinggi. Pada usia 16, ia melakukan sky dive pertamanya, dan di usia 18, ia mulai mengenakan wingsuit yang ia sebut "kulit kedua yang membantuku bergerak di udara dengan terkendali."

MEMBACA  Minimal Tiga Tewas Akibat Gempa Magnitudo 5,5 di Bangladesh

Keluarga Byrne

Orang tua Liam, Mike dan Gillian, mengonfirmasi kabar meninggalnya putra mereka kepada BBC Scotland. Dalam pernyataan, mereka berkata, "Kami ingin mengingat Liam bukan hanya karena caranya meninggalkan dunia ini, tapi juga karena caranya menjalaninya."

"Liam tak kenal takut—bukan karena ia tidak pernah takut, tapi karena ia menolak membiarkan ketakutan menghentikannya. Ia menjalani hidup dengan cara yang bagi kebanyakan orang hanyalah mimpi. Bagi Liam, sky diving dan base jump bukan sekadar sensasi—itu adalah kebebasan, tempat ia merasa paling hidup."

Mereka menambahkan, "Liam lebih dari sekadar petualang. Ia adalah anak, saudara, cucu, sepupu, dan teman. Energinya yang liar dan tawanya yang menular akan sangat kami rindukan. Meski kini ia telah terbang jauh, ia akan selalu ada bersama kami."

Gunung Gitschen menjadi tempat insiden tersebut. Kantor Kejaksaan Swiss dan Polisi Cantonal Uri menyatakan bahwa kasus ini sedang diselidiki. Tiga penerbang wingsuit dilaporkan melompat sebelum tengah hari pada Sabtu, dan kecelakaan terjadi tak lama setelahnya.

Kementerian Luar Negeri Inggris (FCDO) mengonfirmasi bahwa mereka memberikan dukungan kepada keluarga korban.

Dalam dokumenter BBC 2024, ayah Liam, Mike—seorang tukang bangunan dan mantan Komando Marinir Kerajaan—berbagi momen haru saat menyaksikan putranya melompat. "Sudah 10 kali kubayangkan memakamkannya," ujarnya. Namun, ia mengakui kebahagiaan yang dirasakan Liam saat wingsuit.

"Dia anak yang luar biasa—selalu antusias mencoba hal baru. Aku sangat terinspirasi olehnya. Aku berharap bisa lebih seperti dirinya."

(Dokumenter tahun 2019: Remaja penerbang wingsuit yang mengejar mimpi)