Gambia menerima Issa Tchiroma Bakary setelah Paul Biya, pemimpin Kamerun selama 43 tahun, memenangkan pemilu sekali lagi.
Diterbitkan Pada 23 Nov 2025
Klik disini untuk membagikan di media sosial
Pemimpin oposisi Kamerun, Issa Tchiroma Bakary, telah melarikan diri ke Gambia “dengan tujuan untuk menjamin keamanannya” menyusul pemilihan presiden terkini yang mengembalikan penguasa lama Paul Biya ke kekuasaan di tengah protes yang menewaskan banyak orang.
Pemerintah Gambia mengonfirmasi dalam sebuah pernyataan pada Minggu bahwa mereka menerima Tchiroma untuk sementara waktu di negaranya atas dasar kemanusiaan sembari mengupayakan resolusi damai dan diplomatik untuk ketegangan pasca-pemilu di Kamerun.
Cerita Rekomendasi
Pernyataan tersebut, yang diposting di halaman Facebook kantor Presiden Gambia Adama Barrow, menyebutkan bahwa Gambia sedang bekerja sama dengan mitra regional seperti Nigeria untuk mendukung hasil yang damai dan melalui negosiasi menyusul pemilu Oktober yang dipertentangkan.
Hasil resmi pemilu menunjukkan Biya yang berusia 92 tahun, kepala negara tertua di dunia, mengamankan masa jabatannya yang kedelapan dengan 53,7 persen suara, berbanding 35,2 persen untuk Tchiroma, seorang mantan menteri pemerintah yang memimpin Front Penyelamatan Nasional Kamerun.
Akan tetapi, Tchiroma, yang menuduh adanya kecurangan pemilu, menyatakan dialah pemenang pemilu yang sesungguhnya. “Ini bukan demokrasi, melainkan pencurian elektoral, kudeta konstitusional yang sama jelasnya dengan memalukannya,” ujarnya pada waktu itu.
Pemimpin oposisi itu berulang kali mendesak pendukungnya untuk memprotes hasil resmi pemilu, mendorong mereka untuk melaksanakan operasi “kota mati” dengan menutup toko-toko dan menghentikan aktivitas publik lainnya.
Pemerintah Kamerun telah mengonfirmasi bahwa setidaknya lima orang tewas selama protes, meskipun pihak oposisi dan kelompok masyarakat sipil menyatakan angkanya jauh lebih tinggi.
Pemerintah telah menyatakan rencananya untuk memulai proses hukum terhadap Tchiroma atas “seruannya yang berulang untuk melakukan pemberontakan.”
Biya naik ke tampuk kekuasaan pada 1982 menyusul pengunduran diri presiden pertama Kamerun dan telah memerintah sejak saat itu, setelah amendemen konstitusi 2008 yang menghapuskan batasan masa jabatan.
Dia telah memerintah negara itu dengan tangan besi, menindas semua oposisi politik.