Pemimpin Hamas Klaim Tidak Akan Memerintah Gaza Pasca-Perang, Tolak Pelucutan Senjata

Seorang pejabat Hamas yang tidak disebutkan namanya mengatakan kepada situs Arab Saudi Al Hadath bahwa organisasi teroris itu tidak akan menduduki peran pemerintahan atau administratif di Gaza setelah perang.

Hamas tidak akan berupaya menduduki, memerintah, ataupun mengambil peran administratif di Jalur Gaza setelah perang,” ujar pejabat Hamas yang tidak disebutkan namanya kepada situs berita Al Hadath, sembari menyatakan bahwa “tidak mungkin membicarakan pelucutan senjata saat ini.”

“Masalahnya tidak pernah terletak pada senjata,” jelas pejabat tersebut. “Rakyat Palestina, bersama Hamas, berada di bawah tekanan tanpa preseden akibat agresi Israel, dan kami menanggapi semua inisiatif serta tekanan secara positif untuk mengakhiri agresi ini.”

Pernyataan ini muncul setelah pejabat Hamas mengumumkan bahwa mereka tidak berencana melucutkan senjata hingga “pendudukan berakhir” dan “negara Palestina yang merdeka sepenuhnya dengan Yerusalem sebagai ibukotanya berdiri.”

Pejabat itu juga menyebutkan bahwa metode pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza saat ini tidak memadai dan gagal memenuhi kebutuhan penduduk. Di saat yang sama, ia menuntut pembukaan pos perbatasan yang “bebas dan tidak diatur.”

Para teroris Hamas Palestina berparade saat bersiap menyerahkan sandera yang diculik selama serangan ke Israel pada 7 Oktober 2023 kepada Palang Merah, sebagai bagian dari gencatan senjata dan pertukaran tahanan antara Hamas dan Israel, di Kota Gaza, 19 Januari 2025. (Kredit: Dawoud Abu Alkas/Reuters)

“Hamas tidak bermaksud menjadi bagian dari pengaturan apa pun terkait pengelolaan pos perbatasan atau pengawasan masuknya bantuan,” ungkapnya, dan menuntut agar pengelolaan pos perbatasan dilakukan oleh pihak Palestina-Mesir, seperti sebelum perang Israel di Gaza.

**Hamas memperingatkan Netanyahu bahwa pendudukan penuh Gaza dapat “membahayakan sandera”**

MEMBACA  Prancis mungkin tidak memberlakukan surat perintah penangkapan ICC untuk Benjamin Netanyahu

Merespons niat Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk menduduki seluruh Jalur Gaza, ia memperingatkan bahwa “upaya invasi ke Gaza akan mengancam nyawa tahanan Israel yang dipegang Hamas dengan bahaya besar.”

Ia juga membandingkan para sandera dengan tahanan keamanan Palestina yang saat ini ditahan Israel, yang kebanyakan dituduh melakukan kegiatan terorisme.

“Hamas memahami perasaan keluarga tahanan Israel, karena setiap rumah Palestina memiliki anggota yang dipenjara rezim pendudukan,” tegasnya.