Penyelidikan ini diluncurkan tatkala pemerintah AS mencari tuas tambahan untuk melawan Beijing di tengah memanasnya tensi perdagangan.
Diterbitkan Pada 24 Okt 2025
Klik untuk membagikan di media sosial
share2
Amerika Serikat telah meluncurkan sebuah investigasi untuk meneliti apakah China mematuhi kesepakatan dagang tahun 2020 yang mereka sepakati bersama, seiring tensi perdagangan antara dua ekonomi terbesar dunia yang semakin meningkat.
Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer mengumumkan penyelidikan tersebut pada Jumat, bertepatan dengan kunjungan Presiden Donald Trump ke Asia untuk bertemu dengan rekannya dari China, Xi Jinping. China membantah telah gagal mematuhi kesepakatan itu.
Rekomendasi Cerita
list of 3 itemsend of list
“China telah memenuhi kewajibannya dalam Perjanjian Ekonomi dan Perdagangan Fase Satu dengan sangat cermat,” ujar juru bicara Kedutaan Besar China di Washington dalam sebuah unggahan media sosial.
Penyelidikan terhadap praktik dagang tidak adil ini bisa memberikan kewenangan lebih besar kepada Presiden Trump untuk mengenakan tarif tambahan terhadap China, yang telah ia bebani dengan bea masuk besar selama masa jabatan keduanya.
“Administrasi ini tampaknya tengah mencari sumber-sumber daya ungkit baru untuk digunakan melawan Beijing, sembari menambah titik tekanan lain untuk mendorong China membeli lebih banyak kedelai AS beserta barang-barang lainnya,” jelas Wendy Cutler, mantan negosiator perdagangan AS yang kini menjabat Wakil Presiden di Asia Society Policy Institute, kepada kantor berita The Associated Press.
Kesepakatan “Fase Satu” tersebut tercapai pada akhir masa jabatan pertama Trump di tahun 2020, saat AS memberlakukan serangkaian tarif terhadap China dengan dalih menciptakan “keseimbangan” yang lebih baik dalam pertukaran komersial mereka.
Dalam perjanjian itu, Beijing setuju untuk membeli lebih banyak barang pertanian dan manufaktur dari AS.
Sebuah pemberitahuan dalam Federal Register dari Kantor Perwakilan Dagang AS menyatakan bahwa China dinilai tidak menepati janji tersebut maupun janji-janji lain terkait perlindungan kekayaan intelektual, alih teknologi paksa, atau layanan keuangan.
Contohnya, bulan September lalu menjadi bulan pertama sejak tahun 2018 di mana China tidak mengimpor satu pun kedelai dari petani AS.
“Dimulainya penyelidikan ini menegaskan tekad Administrasi Trump untuk meminta China mempertanggungjawabkan komitmennya dalam Perjanjian Fase Satu, melindungi petani, perternak, pekerja, dan inovator Amerika, serta membangun hubungan dagang yang lebih timbal balik dengan China untuk kepentingan rakyat Amerika,” kata Greer dalam sebuah pernyataan.
Putaran baru perundingan dagang AS-China dijadwalkan berlangsung pada Sabtu, dan diskusi akan berfokus pada pembatasan yang diterapkan China terhadap ekspor logam tanah jarang, yang sangat penting bagi banyak produk teknologi AS.