Al-Obeid dikenal sebagai ‘Pele-nya sepak bola Palestina’ dan menjadi salah satu bintang paling cemerlang.
Pemain tim nasional sepak bola Palestina, Suleiman al-Obeid, tewas dalam serangan Israel terhadap pencari bantuan di Gaza.
Al-Obeid, 41 tahun, meninggal pada Rabu ketika pasukan Israel menyerang orang-orang yang menunggu di dekat pusat distribusi bantuan di Gaza selatan, menurut Asosiasi Sepak Bola Palestina.
Ia dijuluki “Pele-nya sepak bola Palestina” – merujuk pada legenda sepak bola Brasil yang dianggap sebagai salah satu pemain terbaik sepanjang masa.
Selama karier panjangnya, pemain asal Gaza ini mencetak lebih dari 100 gol, menjadikannya salah satu bintang paling bersinar di sepak bola Palestina.
“Mantan pemain tim nasional dan bintang klub Khadamat al-Shati, Suleiman Al-Obeid, syahid setelah pasukan [Israel] menargetkan warga yang menunggu bantuan kemanusiaan di Gaza Selatan pada Rabu,” ungkap Asosiasi Sepak Bola Palestina dalam pernyataanya.
Sementara FIFA menolak larangan Israel dari kompetisinya, Israel telah membunuh ratusan pemain sepak bola di Gaza sejak Oktober 2023.
Termasuk Suleiman Al-Obeid, yang dijuluki “Pelé-nya sepak bola Palestina” dan tewas saat menunggu bantuan di Gaza pada 6 Agustus. pic.twitter.com/P9VoZHJ5W0
— AJ+ (@ajplus) 6 Agustus 2025
Dengan kematian al-Obeid, jumlah atlit dan keluarga mereka yang tewas di Gaza sejak dimulainya perang Israel mencapai 662 orang.
Korban jiwa terkait sepak bola di Gaza kini berjumlah 321, termasuk pemain, pelatih, administrator, wasit, dan anggota dewan klub.
Bintang sepak bola ini memulai kariernya di klub Khadamat al-Shati di Gaza, sebelum bergabung dengan Al-Amari Youth Center Club di Tepi Barat yang diduduki.
Di tingkat internasional, al-Obeid bermain 24 pertandingan bersama Al-Fida’i, mencetak dua gol, yang paling terkenal adalah tendangan gunting melawan tim nasional Yaman di Kejuaraan Federasi Sepak Bola Asia Barat 2010.
Al-Obeid meninggalkan seorang istri dan lima anak.
Lebih dari 1.300 warga Palestina tewas di sekitar lokasi distribusi bantuan yang dijalankan oleh Yayasan Kemanusiaan Gaza yang kontroversial sejak mulai beroperasi akhir Mei.
Setidaknya 18 orang tewas saat mencari bantuan pada Rabu, menurut sumber medis yang berbicara kepada Al Jazeera, di tengah krisis kelaparan yang semakin parah akibat pembatasan ketat Israel terhadap pasokan bantuan kemanusiaan.
Sementara itu, rumah sakit di Gaza mencatat empat kematian baru akibat kelaparan dan malnutrisi dalam 24 jam terakhir, menurut Kementerian Kesehatan setempat, sehingga total kematian akibat kelaparan mencapai 197, termasuk 96 anak-anak, sejak perang Israel di Gaza dimulai pada Oktober 2023. Sebagian besar terjadi dalam beberapa pekan terakhir.