Para ahli HAM PBB menyatakan mereka tercengang oleh “eskalasi dramatis” dalam jumlah eksekusi di Iran, dengan lebih dari 1.000 orang dihukum mati dalam sembilan bulan pertama tahun 2025.
“Skala eksekusi di Iran sungguh mengkhawatirkan dan merepresentasikan pelanggaran serius terhadap hak hidup,” peringatan lima pelapor khusus dalam pernyataan bersama.
Mereka mencatat separuh dari eksekusi yang terdata dilakukan untuk pelanggaran narkoba, dengan rata-rata sembilan hukuman gantung per hari dalam beberapa pekan terakhir.
Pemerintah Iran belum memberikan tanggapan resmi. Namun sebelumnya pemerintah membela penggunaan hukuman mati dengan menyatakan itu hanya diterapkan untuk “kejahatan paling berat”.
Di hari yang sama, Iran mengumumkan eksekusi terhadap seorang pria yang dituduh memata-matai Israel.
Lembaga pers Mizan mengidentifikasi terhukum sebagai Bahman Choubi Asl—ahli database yang terlibat dalam “proyek telekomunikasi sensitif” dan disebut sebagai “mata-mata terpercaya” Mossad tanpa menyertakan bukti. Ia dieksekusi hari Senin setelah bandingnya ditolak Mahkamah Agung dengan dakwaan “penyebaran kerusakan di muka bumi”.
Asl menjadi korban ke-11 yang dieksekusi dengan tuduhan mata-mata Israel tahun ini, dimana 10 diantaranya terjadi pasca konflik 12 hari antara kedua negara bulan Juni.
Laporan Amnesty International dan Iran Human Rights minggu lalu mendokumentasikan 1.000 eksekusi sejak Januari—melampaui total 975 eksekusi sepanjang 2024.
Berdasarkan Iran Human Rights, 50% terpidana terkait narkoba, 43% pembunuhan, 3% keamanan (seperti “pemberontakan bersenjata” dan “permusuhan dengan Tuhan”), serta 1% espionase. Korban termasuk 28 perempuan, 58 warga Afghanistan, dan kelompok minoritas yang tidak proporsional.
Kedua lembaga menyoroti proses pengadilan yang tidak adil dengan indikasi penyiksaan. Para pelapor khusus PBB mengecam praktik eksekusi “berskala industri” ini, khususnya 499 hukuman mati untuk kasus narkoba sebagai “sangat mencemaskan”.
Padahal amendemen Uang Narkotika 2018-2020 hanya mencatat 24-30 eksekusi/tahun, namun angka melonjak drastis sejak 2021.
Hukum internasional membatasi hukuman mati hanya untuk kejahatan paling serius—kriteria yang tidak terpenuhi oleh pelanggaran narkoba. Iran Human Rights melaporkan lebih dari 500 terpidana narkoba menunggu eksekusi di LP Ghezel Hesar saja.
Sementara itu Dewan Penjaga sedang mengkaji RUU spionase yang memperluas definisi “kolaborasi dengan negara bermusuhan” hingga mencakup komunikasi daring dan kerja sama media asing.
Para ahli PBB menegaskan komunitas internasional harus mengambil tindakan diplomatik konkret untuk menghentikan gelombang eksekusi ini.