MSF "Kewalahan" di Barat Daya Ethiopia Setelah Pemotongan Bantuan | Berita

Fasilitas kesehatan kewalahan hadapi lonjakan kasus kelaparan bayi dan malaria di daerah yang juga menampung ribuan pengungsi.

Lonjakan kasus kelaparan ekstrem pada bayi dan malaria membebani fasilitas kemanusiaan di barat daya Ethiopia seiring pemotongan bantuan yang memaksa program nutrisi dan pencegahan penyakit lain tutup, demikian peringatan Doctors Without Borders (MSF).

MSF menyatakan pada Rabu bahwa ada peningkatan 55% dibanding tahun lalu dalam penerimaan anak di pusat pemulihan gizi di kamp pengungsian Kule, wilayah Gambella, Ethiopia. Banyak bayi berasal dari kamp-kamp terdekat.

Pemotongan dana menyebabkan penutupan layanan gizi di empat dari tujuh kamp pengungsi di wilayah itu, kata MSF, "membahayakan sekitar 80.000 anak di bawah lima tahun akibat malnutrisi yang mengancam nyawa".

Ethiopia, negara kedua terpadat di Afrika dengan 130 juta penduduk, sedang menghadapi konflik bersenjata di dua wilayah terbesarnya.

Gambella di barat daya berbatasan dengan Sudan Selatan, yang juga mengalami lonjakan kekerasan dan pemangkasan dana untuk program internasional yang menjadi tulang punggung layanan kesehatannya.

Wilayah ini saat ini menampung hampir 400.000 pengungsi di tujuh kamp, banyak di antaranya berasal dari Sudan Selatan.

80.000 anak di bawah lima tahun berisiko malnutrisi parah setelah layanan dihentikan di empat kamp pengungsian di Gambella, Ethiopia, akibat pemotongan bantuan besar-besaran.

Tanpa dukungan darurat, krisis ini akan terus memburuk.

Kunjungan pasien ke kamp Kule meningkat hampir 60% dibanding 2024.

"MSF kewalahan dengan lonjakan pasien, dan kami khawatir angka ini akan terus naik dalam bulan-bulan mendatang," ujar Armand Dirks, koordinator proyek MSF di Gambella.

Nyauahial Puoch menempuh sekitar delapan kilometer dari kamp lain untuk berobat untuk anak perempuannya yang berusia 17 bulan dan kekurangan gizi.

MEMBACA  Patung Melania Trump hilang dari kampung halamannya di Slovenia

"Sejak tahun lalu, ada penurunan besar. Beberapa barang yang biasa kami dapatkan tidak lagi disediakan sama sekali," katanya, dikutip oleh LSM tersebut.

Meski mereka mendapat makanan sebulan sekali, Puoch mengatakan, "itu selalu habis sebelum bulan berakhir".

Pemotongan dana juga berdampak pada pencegahan penyakit, terutama program malaria, dengan MSF memprediksi peningkatan tajam selama musim hujan Mei-Oktober.

LSM itu melaporkan pada Juli bahwa jumlah pasien malaria naik sekitar 125% – hampir 24.000 – dibanding bulan sebelumnya, dengan separuhnya berasal dari kamp pengungsian tetangga.

"Ini mengancam pengungsi yang sudah rentan karena paparan nyamuk malaria meningkat akibat kepadatan dan sanitasi terbatas," kata Birhanu Sahile, wakil koordinator medis MSF.