Lima Tewas Setelah Truk Bantuan PBB Diserang dalam Perjalanan ke el-Fasher

Lima anggota konvoi PBB yang membawa bantuan ke kota el-Fasher di Sudan yang dilanda perang tewas dalam serangan, menurut agensi PBB.

Beberapa orang juga terluka dan beberapa truk terbakar dalam serangan malam Senin dekat el-Koma di negara bagian Darfur Utara, tambah mereka.

Dua pihak dalam perang saudara Sudan—Pasukan Dukung Cepat (RSF) dan tentara reguler—saling tuduh menyerang konvoi PBB dengan drone.

PBB tidak menyebutkan bagaimana serangan terjadi, tetapi menyerukan investigasi mendesak dan pelakunya harus dipertanggungjawabkan.

Konvoi terdiri dari 15 truk dari agensi pangan dan anak-anak PBB, yang menyebut “sangat menghancurkan” bahwa bantuan tidak sampai ke el-Fasher yang dilanda kelaparan.

El-Fasher adalah lokasi besar terakhir di Darfur Utara di bawah kendali tentara. Warga sipil dan personel militer di sana telah diserang RSF selama lebih dari setahun.

Konvoi itu berusaha mengantarkan makanan dan suplai gizi penyelamat nyawa bagi anak-anak dan keluarga di kota saat diserang, menurut pernyataan gabungan WFP dan UNICEF.

Pasca serangan, El-Koma Emergency Room, kelompok relawan lokal, mengunggah video truk terbakar berisi karung bantuan di Facebook. Mereka menyalahkan tentara Sudan.

El-Koma, yang dikontrol RSF, sebelumnya sering jadi sasaran serangan dalam konflik antara kelompok paramiliter dan tentara.

Serangan ke kota itu telah menewaskan warga sipil dan merusak infrastruktur vital.

El-Koma Emergency Room menyebut setidaknya 89 orang tewas atau terluka setelah pesawat tempur tentara Sudan menyerang kota itu pada Minggu. Tentara belum menanggapi tudingan ini.

Menurut situs berita Sudan Tribune, pesawat menyerang pasar ramai di el-Koma.

Perang yang dimulai lebih dari dua tahun lalu telah menciptakan salah satu krisis kemanusiaan terparah di dunia.

MEMBACA  Toronto membersihkan setelah badai saat Trudeau mengatakan dibutuhkan infrastruktur yang lebih baik untuk masa depan.

Pada Selasa, Eujin Byun, juru bicara UNHCR, menyebut lebih dari empat juta orang mengungsi sejak konflik dimulai.

Perang saudara pecah pada 2023 setelah persaingan kekuasaan sengit antara tentara dan RSF.

Keduanya sebelumnya bersama-sama melakukan kudeta untuk menggagalkan transisi demokrasi Sudan, sebelum pemimpinnya berselisih.