Lebih dari 100 Lembaga Kemanusiaan Peringatkan Ancaman Kelaparan Massal di Gaza

David Gritten
BBC News, Yerusalem

Getty Images

Lebih dari 100 organisasi bantuan internasional dan kelompok HAM memperingatkan ancaman kelaparan massal di Gaza serta mendesak pemerintah untuk bertindak.

Médecins Sans Frontières (MSF), Save the Children, dan Oxfam termasuk di antara penandatangan pernyataan bersama yang menyatakan bahwa rekan-rekan mereka dan warga yang mereka layani "kian merana."

Israel, yang mengendalikan semua pasokan ke wilayah itu, menolak pernyataan organisasi-organisasi ini dan menuduh mereka "mendukung propaganda Hamas."

Peringatan ini muncul ketika Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas melaporkan 10 warga Palestina lagi meninggal akibat malnutrisi dalam 24 jam terakhir.

Menurut kementerian tersebut, jumlah korban tewas serupa di seluruh Gaza sejak Minggu mencapai 43 orang.

PBB melaporkan bahwa rumah sakit telah menerima pasien dalam kondisi kelelahan parah akibat kekurangan makanan, sementara yang lain kolaps di jalanan.

"Ketika blokade pemerintah Israel membuat rakyat Gaza kelaparan, para pekerja bantuan kini bergabung dalam antrean makanan yang sama, mempertaruhkan nyawa hanya untuk memberi makan keluarga mereka," ujar 109 organisasi kemanusiaan dalam pernyataan yang dirilis Rabu.

"Dengan persediaan yang benar-benar habis, organisasi kemanusiaan menyaksikan rekan-rekan dan mitra mereka kian merana di depan mata."

Israel memberlakukan blokade total pengiriman bantuan ke Gaza awal Maret lalu dan melanjutkan serangan militer terhadap Hamas dua minggu kemudian, mengakhiri gencatan senjata dua bulan. Israel menyatakan ingin memberi tekanan pada kelompok bersenjata itu untuk membebaskan sandera-sandera Israel yang masih ditahan.

Meskipun blokade sedikit dilonggarkan setelah hampir dua bulan—di tengah peringatan para ahli global tentang ancaman kelaparan—kekurangan makanan, obat-obatan, dan bahan bakar semakin parah.

"Dokter melaporkan tingkat malnutrisi akut yang memecahkan rekor, terutama pada anak-anak dan lansia. Penyakit seperti diare akut menyebar, pasar kosong, sampah menumpuk, dan orang dewasa kolaps di jalanan akibat kelaparan dan dehidrasi," peringat organisasi kemanusiaan.

MEMBACA  Ketegangan AS-Kolombia Memanas setelah Presiden Trump dan Petro Saling Bertukar Ancaman

"Seorang pekerja bantuan yang memberikan dukungan psikososial bercerita tentang dampak buruk pada anak-anak: ‘Anak-anak bilang pada orang tua mereka ingin pergi ke surga, karena setidaknya di surga ada makanan.’"

Reuters

PBB menyebut hampir 100.000 perempuan dan anak-anak di Gaza menderita malnutrisi akut parah.

WHO menyatakan bahwa penilaian mereka menunjukkan seperempat populasi menghadapi kondisi seperti kelaparan, dan hampir 100.000 perempuan serta anak-anak membutuhkan perawatan segera akibat malnutrisi akut berat.

Direktur WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan pada Rabu: "Kelaparan massal berarti kelaparan yang melanda sebagian besar populasi, dan sebagian besar rakyat Gaza sedang kelaparan."

"Saya tidak tahu apa lagi yang bisa disebut selain kelaparan massal, dan ini buatan manusia. Ini jelas akibat blokade."

Dr. Ahmad al-Farra, kepala departemen pediatri di Rumah Sakit Nasser di Khan Younis, mengatakan pada BBC bahwa tidak ada makanan selama tiga hari.

Dia menyebut anak-anak yang datang ke unitnya mengalami berbagai tingkat kelaparan. Beberapa meninggal dalam perawatan rumah sakit, sementara yang lain memiliki masalah kesehatan lain yang menghambat penyerapan nutrisi.

"Kami khawatir akan mencapai titik kritis ini—dan sekarang sudah terjadi," ujarnya.

Kelangkaan bahan pokok menyebabkan harga di pasar lokal melambung tinggi, membuat sebagian besar keluarga tidak mampu membeli apa pun.

"Ini keterlaluan—harga seperti api," kata seorang warga Gaza. "Setiap hari kami butuh 300 shekel ($90) hanya untuk tepung."

Organisasi kemanusiaan juga mencatat bahwa PBB melaporkan lebih dari 1.050 warga Palestina tewas oleh militer Israel saat mencoba mengambil makanan sejak 27 Mei—sehari setelah mekanisme distribusi bantuan kontroversial yang dijalankan Gaza Humanitarian Foundation (GHF) mulai beroperasi.

Menurut kantor HAM PBB, 766 orang tewas di sekitar empat lokasi bantuan GHF yang berada di zona militer Israel, sementara 288 lainnya tewas di dekat konvoi PBB.

MEMBACA  Tuduhan Terbang Tentang Siapa yang Bertanggung Jawab atas Bencana

Militer Israel menyatakan pasukan mereka hanya menembak peringatan dan tidak sengaja menargetkan warga sipil. GHF menuduh PBB menggunakan angka "palsu dan menyesatkan" dari Kemenkes Gaza.

Tonton: Dokter di Gaza yang suaminya ditembak saat mengambil bantuan mengatakan penderitaan di Gaza tak terlukiskan.

Hampir seluruh populasi Gaza telah mengungsi dan terkurung di kurang dari 12% wilayah yang tidak tercakup perintah evakuasi Israel atau zona militer, membuat operasi bantuan mustahil.

Rata-rata hanya 28 truk bantuan yang didistribusikan setiap hari.

"Di luar Gaza, di gudang—bahkan di dalam Gaza sendiri—ton makanan, air bersih, obat-obatan, bahan perlindungan, dan bahan bakar menganggur karena organisasi kemanusiaan diblokir untuk mengaksesnya."

PBB menyatakan Israel, sebagai pihak pendudukan, wajib memastikan bantuan kemanusiaan sampai kepada semua yang membutuhkan sesuai hukum internasional.

Israel bersikeras bertindak sesuai hukum internasional dan memfasilitasi bantuan sambil mencegahnya jatuh ke tangan Hamas.

Mereka mengakui ada penurunan drastis pasokan ke warga Palestina namun menyalahkan badan-badan PBB.

Cogat, badan militer Israel yang mengoordinasikan bantuan ke Gaza, menyebut hampir 4.500 truk telah masuk dalam dua bulan terakhir, termasuk 2.500 ton makanan bayi dan makanan khusus berkalori tinggi.

Mereka juga merilis rekaman drone yang menunjukkan 950 truk bantuan menunggu diambil PBB dan organisasi internasional di sisi Gaza perlintasan Kerem Shalom dan Zikim.

"Kendala pengambilan menjadi penghalang utama aliran bantuan ke Gaza," kata Cogat.

Reuters

Populasi Gaza hampir sepenuhnya bergantung pada bantuan kemanusiaan untuk bertahan hidup.

PBB kerap mengeluhkan kesulitan mendapatkan izin Israel untuk mengambil pasukan dengan supir Gaza di titik perlintasan dan mengangkutnya melewati zona militer.

Permusuhan yang berlanjut, jalan rusak parah, dan kelangkaan bahan bakar memperburuk situasi. Perampokan oleh geng bersenjata juga kadang menghentikan operasi.

MEMBACA  Konferensi AfD di Essen memicu bentrokan protes keras

PBB mengatakan masalah utama pekan-pekan terakhir adalah ketiadaan jaminan dari militer Israel bahwa warga Palestina tidak akan ditembak saat mencoba mengambil bantuan dari konvoi mereka.

Juru bicara PBB Stéphane Dujarric mengatakan pada Selasa: "Dalam banyak kasus, warga sipil yang mendekati truk PBB tetap ditembak meski ada jaminan pasukan tidak akan hadir atau menembak."

"Ini bertolak belakang dari fasilitasi operasi kemanusiaan. Tidak seharusnya orang mempertaruhkan nyawa hanya untuk dapat makanan."

Organisasi kemanusiaan mendesak pemerintah "bertindak tegas": menuntut gencatan senjata permanen, mencabut semua pembatasan birokratis, membuka semua perlintasan darat, menolak model distribusi yang dikendalikan militer, serta mendanai respons kemanusiaan PBB yang netral.

"Negara-negara harus mengambil langkah nyata mengakhiri blokade, seperti menghentikan transfer senjata dan amunisi," tambah mereka.

Kemenlu Israel menolak keras pernyataan tersebut, menuduh organisasi-organisasi itu "menggunakan narasi Hamas."

"Mereka merusak peluang kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera," klaim kementerian itu.

Militer Israel melancarkan operasi di Gaza sebagai respons atas serangan Hamas ke Israel selatan pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan 1.200 orang dan menyandera 251 lainnya.

Menurut Kemenkes Gaza, setidaknya 59.219 orang tewas sejak itu.