Lebanon memulai proses untuk menonaktifkan faksi-faksi Palestina di kamp-kamp pengungsi.

Sebuah komite bersama Lebanon-Palestina yang bertugas dengan penghapusan senjata yang dipegang oleh faksi-faksi Palestina di kamp-kamp pengungsi Lebanon telah bertemu untuk pertama kalinya untuk mulai membahas jadwal untuk membongkar kelompok-kelompok tersebut. Komite Dialog Lebanon-Palestina, badan pemerintah yang bertugas sebagai perantara antara pengungsi Palestina dan pejabat, bertemu pada hari Jumat dengan Perdana Menteri Lebanon Nawaf Salam hadir. Kelompok tersebut mengatakan bahwa “peserta setuju untuk memulai proses pembebasan senjata sesuai dengan jadwal tertentu”. Mereka juga bertujuan untuk mengambil langkah-langkah untuk “meningkatkan hak-hak ekonomi dan sosial pengungsi Palestina”. Seorang sumber pemerintah Lebanon mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa pembebasan senjata di 12 kamp resmi negara untuk pengungsi Palestina, yang menjadi tuan rumah untuk beberapa faksi Palestina, termasuk Fatah, saingan-saingannya Hamas dan Jihad Islam Palestina, serta sejumlah kelompok lain, dapat dimulai pada pertengahan Juni. Di bawah perjanjian yang sudah berusia puluhan tahun, otoritas Lebanon tidak mengendalikan kamp-kamp tersebut, di mana keamanan dikelola oleh faksi-faksi Palestina. Pertemuan ini terjadi saat pemerintah Lebanon menghadapi tekanan internasional yang semakin meningkat untuk menghapus senjata dari kelompok bersenjata Lebanon yang bersekutu dengan Iran, Hezbollah, yang berperang dengan Israel tahun lalu. “Pesan sudah jelas. Ada era baru, keseimbangan kekuatan baru, dan kepemimpinan baru di Lebanon, yang mendorong untuk memonopoli senjata di tangan negara,” kata Zeina Khodr dari Al Jazeera, melaporkan dari Beirut. “Mereka sudah mulai membongkar infrastruktur militer Hezbollah di selatan Lebanon, dan tahap berikutnya tampaknya akan menjadi pembebasan kelompok-kelompok Palestina di kamp sebelum menangani masalah senjata Hezbollah di seluruh negara,” katanya. Earlier this week, Palestinian President Mahmoud Abbas – leader of the Palestine Liberation Organization, dominated by his Fatah party, visited Lebanon and said in a speech that the weapons in the camps “hurt Lebanon and the Palestinian cause”. During Abbas’s visit, he and Lebanese President Joseph Aoun announced an agreement that Palestinian factions would not use Lebanon as a launchpad for any attacks against Israel, and that weapons would be consolidated under the authority of the Lebanese government. Al Jazeera’s Khodr signalled that several factions appeared to be against disarmement. “While Abbas’s Palestinian Authority may be recognised internationally as the representative body of the Palestinian people, there are many armed groups, among them, Hamas and [Palestinian] Islamic Jihad, who … believe in armed struggle against Israel,” she said. “Without consensus among the factions, stability could remain elusive.”

MEMBACA  12+ Aksesori Laptop yang Saya Rekomendasikan untuk Pelajar dan Profesional