Mantan Presiden Universitas Harvard, Larry Summers, mengumumkan bakal mengurangi komitmen publiknya setelah korespondensi elektroniknya dengan financier ternoda Jeffrey Epstein diungkap ke publik.
“Saya merasa sangat malu atas tindakan saya dan menyadari penderitaan yang ditimbulkannya. Saya bertanggung jawab penuh atas keputusan keliru untuk terus berkomunikasi dengan Tn. Epstein,” ujar Summers dalam sebuah pernyataan yang diperoleh CBS News, partner BBC di AS, pada Senin.
Dalam surel yang dibeberkan Kongres pekan lalu, Summers, yang juga mantan Menteri Keuangan AS, tercatat berkomunikasi dengan Epstein hingga sehari sebelum Epstein ditangkap pada 2019 karena perdagangan anak di bawah umur untuk tujuan seksual.
Pada hari Selasa, anggota Dewan Perwakilan Rakyat dijadwalkan akan melakukan pemungutan suara mengenai pengungkapan semua dokumen terkait Epstein.
Langkah ini menyusul pengumuman Departemen Kehakiman AS bahwa mereka akan menyelidiki “keterlibatan dan hubungan” Epstein dengan mantan Presiden Bill Clinton, yang juga merupakan teman Epstein, beserta beberapa tokoh Demokrat terkemuka lainnya.
Keputusan departemen kehakiman ini muncul setelah desakan dari Trump, yang juga meminta agar Summers, pendiri LinkedIn Reid Hoffman, serta bank-bank JP Morgan dan Chase, untuk diselidiki.
“Epstein adalah seorang Demokrat, dan dia adalah masalah Demokrat, bukan masalah Republik!” tulisnya di media sosial.
“Mereka semua tahu tentang dia, jangan buang waktumu dengan Trump. Saya punya Negara untuk dijalankan!”
Clinton telah membantah keras bahwa ia memiliki pengetahuan apapun tentang kejahatan Epstein.
Summers menjabat sebagai menteri keuangan di bawah Clinton dan direktur Dewan Ekonomi Nasional di bawah mantan Presiden Barack Obama. Ia memimpin Harvard dari 2001 hingga 2006 dan saat ini menjadi profesor di sana.
Dalam pernyataannya pada Senin malam, ia menyatakan ingin “membangun kembali kepercayaan dan memulihkan hubungan dengan orang-orang terdekat saya”.
“Sambil terus memenuhi kewajiban mengajar saya, saya akan mengurangkan komitmen publik sebagai bagian dari upaya yang lebih luas,” katanya.
Center for American Progress, sebuah lembaga think tank liberal di Washington tempat Summers menjadi senior fellow, mengumumkan di situsnya pada Senin bahwa ia tidak lagi terafiliasi dengan lembaga tersebut.
Surel-surel yang dirilis Komite Pengawasan DPR pekan lalu menunjukkan bahwa Summers dan Epstein sering bertemu untuk makan malam, dengan Epstein kerap berusaha menghubungkan Summers dengan tokoh-tokoh global terkemuka. Pada suatu kesempatan, pada Juli 2018, Epstein mengusulkan pertemuan dengan “presiden [sic] perserikatan bangsa-bangsa, orang yang menarik untuk Anda”.
Dalam surel terpisah tak lama setelah pemilihan pertama Presiden AS Trump pada 2016, Summers memberitahu Epstein untuk “tidak perlu upaya apapun mengenai saya dengan Trump”.
Karena “pendekatan Trump terhadap konflik kepentingan”, “kedekatan dengan Putin”, dan “tanggapan tanpa pikir” terhadap kematian pemimpin Kuba Fidel Castro, Summers menyatakan dirinya “lebih baik berjarak sejuta mil”.
Seorang perwakilan Summers sebelumnya memberitahu media AS bahwa ia “sangat menyesal telah melakukan kontak dengan Epstein setelah hukumannya” pada 2008 karena meminorakan seorang pelacur di bawah umur.
Surel-surel tersebut mencakup banyak figur terkenal. Sebuah tinjauan oleh The Wall Street Journal menemukan bahwa Trump disebutkan dalam lebih dari 1.600 dari 2.324 utas email.
Trump telah bertahun-tahun menjadi teman Epstein, namun sang presiden menyatakan mereka telah bermusuhan di awal tahun 2000-an, dua tahun sebelum Epstein pertama kali ditangkap. Trump secara konsisten menyangkal segala pelanggaran terkait Epstein. Meski dibahas dalam beberapa pesan yang dirilis pekan lalu, ia tidak mengirim atau menerimanya.