Presiden Sadyr Japarov berupaya mengukuhkan kekuasaan, dengan sekutu-sekutunya dipastikan memenangkan pemilu di tengah pembatasan ketat terhadap media dan oposisi.
Pemungutan suara sedang berlangsung dalam pemilu parlemen percepatan Kirgiztan, dimana sekutu-sekutu Presiden Sadyr Japarov diperkirakan akan meraih kemenangan telak.
Pemilu pada hari Minggu ini berlangsung tanpa keikutsertaan partai resmi atau oposisi terorganisir, dan diprediksi akan mengukuhkan kekuasaan Japarov.
Rekomendasi Cerita
- Item 1
- Item 2
- Item 3
- Item 4
Sebagai seorang populais dan nasionalis, Japarov telah membangun kendali yang kuat atas Kirgiztan sejak 2020, di negara yang secara tradisional merupakan negara paling demokratis di Asia Tengah.
Kemenangan bagi sekutu-sekutunya akan membuka jalan bagi pemilihan presiden yang dijadwalkan pada 2027, dimana Japarov diperkirakan akan mencalonkan diri kembali.
Pasca kemerdekaan Kirgiztan dari Uni Soviet pada 1991, kehidupan politik yang dinamis di negara pegunungan berpenduduk sekitar 7 juta jiwa ini cukup signifikan. Pada tahun 2005, 2010, dan 2020, pemimpin Kirgiztan digulingkan melalui protes jalanan menentang pemilu yang dinyatakan kecurangan oleh para pengkritik, sementara media Kirgiztan selama beberapa dekade merupakan yang paling bebas di kawasan.
Namun sejak berkuasa sebagai dampak dari protes 2020, Japarov telah memberlakukan pembatasan ketat terhadap media dan kelompok oposisi.
Pemilu sebelumnya dijadwalkan paling lambat November 2026, namun parlemen memilih untuk membubarkan diri pada September guna mengadakan pemilu percepatan.
Pendekatan gaya Barat ‘tidak berhasil’
Edil Baisalov, Wakil Perdana Menteri Kirgiztan dan sekutu Japarov, menyatakan bahwa popularitas presiden sebagian didasarkan pada penolakan terhadap gejolak dekade-dekade sebelumnya, yang menurutnya tidak meningkatkan standar hidup maupun menawarkan stabilitas.
“Tiga puluh tahun pertama kami habiskan untuk mencoba meniru,” ujarnya kepada kantor berita Reuters. “Kami kira dengan mengadopsi sistem parlementer ala Westminster, kami akan hidup seperti negara-negara Barat. Tapi itu tidak berhasil, dan tidak akan berhasil.”
Baisalov menyatakan bahwa pembatasan media, dimana jurnalis independen ditetapkan sebagai “ekstremis”, diperlukan untuk melindungi Kirgiztan dari apa yang disebutnya sebagai sentimen negatif yang dihembuskan oleh platform media sosial asing.
Bolot Ibragimov, kandidat oposisi yang mencalonkan diri di ibu kota Bishkek, memperkirakan sekitar 80 persen anggota parlemen, yang didominasi sekutu Japarov, akan terpilih kembali.
Japarov, yang mendukung pelarangan pornografi daring dan pengembalian hukuman mati, juga didorong oleh pertumbuhan ekonomi yang kuat—tercepat di Asia Tengah—meskipun inflasi tinggi dan kelangkaan listrik menggerogoti standar hidup.
Para ahli ekonomi menyatakan bahwa sebagian besar lonjakan ini merupakan hasil dari posisi Kirgiztan, yang berada dalam uni pabean dengan Rusia, sebagai pusat kliring utama untuk impor ke Rusia yang dialihkan akibat sanksi atas perang di Ukraina.
Negara-negara Barat telah memberlakukan sanksi terhadap beberapa bank dan perusahaan kripto Kirgiztan, dengan tuduhan memfasilitasi pengelakan sanksi Rusia.
Menjelang pemilu, Japarov telah mempererat hubungan dengan Rusia, yang memiliki pangkalan militer di Kirgiztan dan menjadi tujuan banyak warga Kirgiztan sebagai pekerja migran.
Pekan lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengunjungi Bishkek untuk melakukan pembicaraan, dan wajahnya terpampang pada papan-papan iklan di seluruh kota.