John Laurenson
Wartawan Bisnis, Lugano, Swiss
AFP via Getty Images
Toko-toko dan restoran di seantero kota Lugano, Swiss, kini menerima pembayaran bitcoin
Di sebuah McDonald’s di tepi danau yang dikelilingi pegunungan, tepat di pusat kota Lugano, seorang pelanggan memesan kopi.
“Bisa bayar pakai bitcoin?” tanyanya. Petugas di balik konter lalu mengulurkan sebuah alat yang mirip terminal pembayaran kartu kredit.
Alat itu sesungguhnya adalah mesin pembayaran dengan mata uang kripto. Perangkat tersebut dibagikan secara cuma-cuma kepada pelaku usaha ritel setempat oleh pemerintah kota.
Pembeli membayar secara *contactless*, dari dompet bitcoin di ponselnya. Tagihannya berjumlah 0.00008629 BTC, kira-kira setara $8.80 (£6.60).
Hanya sedikit pemilik bitcoin yang mungkin berpikir untuk menggunakannya membeli barang-barang fisik di toko. Aset ini lebih umum dipandang sebagai investasi, sebuah taruhan pada kenaikan nilainya.
Namun di Lugano, di kawasan berbahasa Italia di Swiss, ceritanya menjadi lain.
Meski tentu saja Anda masih bisa membayar segala sesuatu dengan franc Swiss, sekitar 350 toko dan restoran kini juga menerima bitcoin. Pemerintah daerah bahkan telah mulai menerima pembayaran jasa municipil dengan mata uang kripto. Sebagai contoh, Anda dapat membayar biaya penitipan anak pra-sekolah dengan bitcoin.
Saya pun mengobrol dengan pelanggan McDonald’s itu, Nicolas, yang berasal dari Prancis. Ia bisa disebut sebagai penganut bitcoin sejati.
“Yang hebat dari pembayaran dengan bitcoin adalah perasaan kebebasan yang diberikannya,” ujarnya. “Anda tidak lagi bergantung pada sistem keuangan dengan perantara dan biayanya.”
Nicolas mengatakan ia menemukan kartu bitcoin di Swiss. Ini adalah kartu prabayar. Anda membeli sejumlah nilai dalam franc Swiss tetapi mengunduhnya sebagai bitcoin ke dalam dompet digital di ponsel.
Saya berjalan melintasi pusat Lugano, menyusuri jalan utama di mana hampir semua toko menjual barang-barang mewah. Terutama perhiasan atau pakaian mahal.
Di sebuah toko bernama Vintage Nassa yang menjual tas dan jam tangan baru maupun bekas, pemiliknya Cherubino Fry mengatakan kepada saya bahwa ia menerima bitcoin karena biaya pemrosesan per transaksi yang harus ia bayar lebih rendah dibandingkan yang dikenakan perusahaan kartu kredit.
Untuk bitcoin umumnya di bawah 1%, sementara untuk kartu debit bisa mencapai 1.7%, dan hingga 3.4% untuk kartu kredit. Meski untuk dua yang terakhir, angkanya dapat bervariasi antarnegara.
Saya bertanya kepada Tn. Fry apakah ia banyak melakukan transaksi dalam bitcoin.
“Pada kenyataannya, tidak banyak. Untuk saat ini, hanya sporadis, dari beberapa klien saja,” katanya. “Tapi penggunaan bitcoin akan bagai pohon yang tumbuh, dan pohon ini akan menjadi sangat besar dalam lima, 10 tahun ke depan.”
Pengguna membayar via bitcoin menggunakan aplikasi yang sesuai di ponsel mereka
Tak jauh dari toko Tn. Fry, saya mengunjungi markas Plan B, sebuah inisiatif yang diluncurkan tahun 2022 oleh Kota Lugano berkolaborasi dengan platform mata uang kripto Tether.
Dengan huruf B yang mewakili bitcoin, tujuannya yang dinyatakan adalah mengedukasi masyarakat tentang mata uang kripto, dan “menjadikan Lugano pusat bitcoin di Eropa”.
“Saya ingin bercerita tentang eksperimen yang saya lakukan Juli lalu,” ujar direktur hub Plan B, Mir Liponi. Ia menjelaskan bahwa ia pernah mengalami masalah dengan banknya, yang berakibat pada terhalangnya akses ke dananya.
Selama 11 hari ia tidak memiliki cara untuk membayar selain dengan bitcoin, tetapi eksperimen itu ternyata berjalan baik, dan Anda sebagian besar dapat bertahan hidup hanya dengan bitcoin di Lugano.
“Yang masih kurang saat ini adalah transportasi umum… lalu bahan bakar. Belanja kebutuhan sehari-hari bisa. Saya bahkan bisa mengantar barang ke rumah.
“Banyak tempat layanan medis, tapi belum ada dokter gigi. Dan hal besar lainnya adalah tagihan [energi]. Anda belum bisa membayar tagihan dengan bitcoin.”
Ny. Liponi menambahkan bahwa ke depannya ia ingin melihat “ekonomi sirkular di mana orang mendapatkan bitcoin, menyimpan bitcoin, membelanjakan bitcoin, membayar jasa dengan bitcoin”.
Namun di tempat lain, proyek bitcoin serupa dengan Lugano mengalami kegagalan.
Pada tahun 2021, El Salvador menjadikan bitcoin alat pembayaran yang sah di samping dolar AS. Untuk mendorong penggunaannya, pemerintah memberikan setara $30 dalam bitcoin yang diunduh masyarakat melalui sebuah aplikasi.
“Jadi yang dilakukan orang adalah mengunduh aplikasi, menukar bitcoin itu menjadi dolar, dan tidak pernah menggunakannya lagi,” kata Vincent Charles, kepala firma mata uang kripto Unchain Data.
Ia pergi ke El Salvador awal tahun ini untuk melihat perkembangan adopsi bitcoin, dan menyimpulkan bahwa orang-orang tidak benar-benar menggunakannya, sementara pedagang dan penyedia jasa jarang yang menerimanya.
Meski demikian, terdapat contoh sukses adopsi bitcoin lain dari berbagai penjuru dunia. Ibu kota Slovenia, Ljubljana, dinyatakan sebagai kota paling ramah kripto di dunia dalam sebuah laporan bulan April lalu, disusul oleh Hong Kong dan Zurich.
Pemilik toko Cherubino Fry memperkirakan penggunaan bitcoin akan tumbuh pesat
Kembali ke Lugano, tidak semua orang tampaknya terkesan dengan bitcoin. Di sebuah taman di tepi danau, dahulu terdapat patung yang merepresentasikan Satoshi Nakamoto, pseudonim yang digunakan oleh orang tak dikenal yang mengklaim menciptakan mata uang kripto ini pada 2008.
Pada bulan Agustus, vandalis menghancurkan patung itu berkeping-keping dan melemparkannya ke Danau Lugano.
“Ini menarik karena tidak banyak hal yang dirusak di sekitar sini,” ujar Lucia, seorang pejalan kaki yang tinggal di kota itu. “Orang-orang biasanya cukup bersikap sopan. Dan Anda juga jarang melihat orang memiliki pendirian politik yang sangat kuat.”
Ia menambahkan, bagaimanapun, bahwa ia sendiri pada umumnya skeptis terhadap mata uang kripto.
“Di Universitas Lugano tempat saya belajar, ada klub untuk mempromosikan bitcoin dan sebagainya. Saya memang merasa heran bahwa institusi seperti universitas saya begitu gencar mempromosikan mata uang kripto.” Saya beranggapan aset kripto acap kali dikaitkan dengan aktivitas kriminal, jaringan gelap dunia maya, dan spekulasi.
Banyak orang yang kehilangan uang karena berinvestasi pada suatu kripto kemudian harganya jatuh.
Melalui Getty Images, AFP melaporkan, ATM khusus di Swiss memungkinkan masyarakat menukar franc Swiss dengan bitcoin, ataupun sebaliknya.
Sergio Rossi, profesor ekonomi di Universitas Fribourg, Swiss, menyebut bitcoin berisiko bagi pedagang di Lugano atau di mana pun akibat volatilitasnya yang tinggi—nilainya dapat melonjak atau terjun bebas dalam sekejap.
Karenanya, ia menekankan pentingnya bagi para pedagang untuk segera mengonversi bitcoin yang mereka terima ke dalam franc Swiss, euro, atau mata uang lain yang diterbitkan pemerintah atau bank sentral—yang juga dikenal sebagai mata uang “fiat”.
Rossi menambahkan, “Terdapat pula risiko reputasi dari kripto yang digunakan dalam transaksi ilegal, yang dapat berdampak pada kota Lugano beserta lembaga keuangannya.”
Profesor Rossi juga mengingatkan bahwa bitcoin individu disimpan oleh pihak ketiga digital, sehingga rentan. “Jika platform tempat dompet digital saya tercatat gagal atau bangkrut, aset kripto saya akan lenyap seketika.”
“Alhasil, saya kehilangan jumlah yang setara secara permanen. Sebaliknya, di Swiss, seluruh simpanan bank dijamin hingga 100.000 franc Swiss. Artinya, jika bank tempat tabungan saya tercatat pailit, saya dapat menariknya kembali hingga jumlah tersebut.”
Di balai kota Lugano, saya menanyakan kepada Wali Kota Michele Foletti apakah ia khawatir Lugano akan menjadi magnet bagi uang mafia.
“Tidak. Uang fiat dapat digunakan untuk hal baik maupun buruk,” ujarnya. “Sama halnya dengan bitcoin.”
“Dan para mafia lebih tertarik menggunakan uang fiat untuk pencucian uang. Saat mereka menjual narkoba atau sejenisnya, yang mereka terima adalah uang fiat [fisik], bukan bitcoin, karena metode yang lebih anonim adalah tunai,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa bitcoin tetap memberikan dampak positif bagi Lugano, dan bahwa 110 perusahaan sektor kripto kini telah berpindah atau berdiri di kota tersebut.