Setidaknya 39 orang telah tewas dalam demonstrasi yang dimulai bulan lalu karena kenaikan pajak yang direncanakan.
Ratusan orang Kenya telah menghadiri konser di ibu kota Nairobi, menyanyikan yel-yel dan menari untuk memperingati puluhan orang yang tewas dalam protes anti-pemerintah belakangan ini.
Setidaknya 39 orang tewas dalam demonstrasi yang dimulai pada 18 Juni, ketika para pengunjuk rasa menuntut agar rencana kenaikan pajak dibatalkan dan Presiden William Ruto mengundurkan diri.
“Pemerintah mendengarkan sekarang karena protes. Jadi kami agak senang, tetapi juga banyak kesedihan karena begitu banyak orang meninggal agar pemerintah mendengarkan,” kata aktivis Boniface Mwangi, yang menghadiri konser tersebut.
“Jadi kami juga berduka, dan kami memberitahu keluarga mereka yang kehilangan orang yang dicintai, ‘Kami bersama kalian, dan kami akan menghormati pengorbanan mereka.’”
Ribuan pemuda memadati Taman Uhuru untuk konser peringatan korban yang tewas oleh polisi selama protes anti-pemerintah pic.twitter.com/Ra7w234Saf
— Citizen TV Kenya (@citizentvkenya) 7 Juli 2024
Pada konser seniman lokal di Taman Uhuru, sebuah ruang hijau luas di pusat Nairobi, para pemuda memegang spanduk bertuliskan “RIP Kawan” dan “Kami berjanji akan terus berjuang”, sementara kerumunan menyanyikan “Ruto harus pergi”. Yang lain memaku salib ke tanah.
Konser hari Minggu ini diadakan pada Hari Saba Saba, yang menandai hari tahun 1990 ketika protes serupa dimulai – demonstrasi yang akhirnya memaksa pemerintahan pemimpin terdahulu, Daniel arap Moi, untuk mengembalikan negara ke politik multipartai.
Perubahan untuk transformasi ekonomi?
Protes berkepanjangan dalam beberapa minggu terakhir di Kenya juga melihat polisi melepaskan gas air mata dan meriam air pada para pengunjuk rasa. Polisi Kenya mengatakan mereka telah menangkap lebih dari 270 orang yang mereka katakan menyamar sebagai pengunjuk rasa dan diduga melakukan kerusuhan kriminal selama unjuk rasa anti-pemerintah di negara tersebut.
Dengan tekanan dari para pengunjuk rasa meningkat, Presiden Ruto membatalkan sebuah RUU keuangan yang akan memperkenalkan sejumlah pajak baru yang dikatakan oleh warga Kenya akan meningkatkan biaya hidup yang sudah tinggi.
Pada Jumat, ia juga mengusulkan langkah-langkah keterpaksaan baru termasuk mengurangi jumlah penasihatnya dan pembubaran 47 badan negara untuk membantu mengisi kesenjangan anggaran yang disebabkan oleh penarikan kenaikan pajak, yang seharusnya meningkatkan $2.7miliar.
“Saya percaya perubahan ini akan membawa negara kita pada lintasan menuju transformasi ekonomi,” kata Ruto.