Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen telah membela sanksi-sanksi yang jauh jangkauannya yang diusulkan lembaganya terhadap Israel pekan ini, sebagai respons terhadap operasi-operasi militernya di Jalur Gaza.
Dalam sebuah wawancara tertulis dengan Aliansi Surat Kabar Eropa Terkemuka, yang mencakup koran Jerman Welt am Sonntag, von der Leyen menyatakan ia memahami bahwa serangan kejam yang dipimpin Hamas pada Oktober 2023 telah mengguncang Israel hingga ke intinya.
“Namun perkembangan terkini sangat mengkhawatirkan, dengan kelaparan buatan manusia dan kekeringan finansial Otoritas Palestina,” ujarnya dalam komentar yang dirilis pada hari Minggu.
Von der Leyen menekankan bahwa solusi dua negara, yang membayangkan sebuah negara Palestina yang hidup berdampingan secara damai di samping Israel, merupakan satu-satunya prospek untuk perdamaian berkelanjutan jangka panjang di kawasan itu.
“Apa yeng telah kita lihat dari pemerintah Israel dalam bulan-bulan terakhir ini adalah upaya yang jelas untuk merongrong solusi dua negara.”
Itulah sebabnya mengapa komisi memutuskan untuk bertindak dan mengusulkan sejumlah paket “langkah-langkah yang tertuju dan proporsional untuk menemukan jalan ke depan,” kata von der Leyen.
Pada hari Rabu, komisi mengusulkan serangkaian tindakan punitif untuk membujuk pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk mengubah haluan dalam perang ini.
Ini termasuk penangguhan preferensi dagang tertentu yang mencakup sekitar sepertiga dari barang-barang Israel yang diekspor ke Uni Eropa, serta langkah-langkah yang menargetkan politisi Israel yang sangat radikal seperti Menteri Keuangan Bezalel Smotrich dan Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir.
Komisi juga mencari sanksi-sanksi baru terhadap kelompok Islamis Hamas dan militan Palestina, serta para pemukim yang melakukan kekerasan.
Masih belum jelas apakah proposal komisi dapat mendapatkan dukungan yang diperlukan di antara 27 negara anggota UE.