Mantan perwira Ukraina Serhii Kuznietsov menghadapi tuduhan di Jerman atas dakwaan konspirasi untuk menyebabkan ledakan, sabotase, serta penghancuran infrastruktur.
Dipublikasikan pada 20 Nov 2025
Klik disini untuk membagikan di media sosial
bagikan2
Mahkamah Agung Italia telah menyetujui ekstradisi ke Jerman terhadap seorang pria Ukraina yang diduga mengoordinir sabotase pipas gas Nord Stream antara Rusia dan Eropa pada tahun 2022.
Tersangka, Serhii Kuznietsov (49), telah membantah menjadi bagian dari sebuah sel penyabotase yang dituduh meletakkan bahan peledak di pipa bawah laut di Laut Baltik, yang memutus sebagian besar transfer gas Rusia ke Eropa dan memicu kelangkaan pasokan di benua itu.
Rekomendasi Cerita
daftar 4 butir
akhir daftar
Setelah Italia awalnya memblokir ekstradisi Kuznietsov bulan lalu karena masalah dengan surat perintah penangkapan Jerman, Mahkamah Agung Kasasi Italia menyetujui penyerahannya pada hari Rabu.
Kuznietsov “karenanya akan diserahkan ke Jerman dalam beberapa hari mendatang”, ujar pengacaranya Nicola Canestrini.
Tersangka, seorang mantan perwira militer Ukraina, telah menyangkal keterlibatan apapun dalam serangan tersebut dan telah melawan upaya untuk mentransfernya ke Jerman sejak ia ditahan berdasarkan surat perintah penangkapan Eropa di kota Rimini, Italia, tempat ia berlibur bersama keluarga, pada bulan Agustus.
“Betapapun besar kekecewaannya, saya tetap percaya pada pembebasan setelah persidangan penuh di Jerman,” kata Canestrini dalam sebuah pernyataan.
Bulan lalu, sebuah pengadilan di Polandia memutuskan untuk tidak menyerahkan tersangka Ukraina lainnya yang diincar oleh Jerman sehubungan dengan ledakan pipa tersebut dan memerintahkan pembebasannya segera dari tahanan.
Kuznietsov menghadapi dakwaan di Jerman untuk konspirasi menyebabkan ledakan, sabotase, dan perusakan struktur penting.
Jaksa Jerman menyatakan bahwa ia menggunakan dokumen identitas palsu untuk menyewa sebuah kapal pesiar yang berangkat dari kota Rostock, Jerman, untuk melaksanakan serangan di dekat pulau Denmark, Bornholm, pada 26 September 2022.
Berdasarkan dokumen ekstradisi, jaksa menyebutkan Kuznietsov mengorganisir dan melaksanakan peledakan setidaknya empat bom yang berisi 14kg hingga 27kg (31lb hingga 62lb) bahan peledak pada kedalaman 70 hingga 80 meter (230ft hingga 263ft).
Ledakan tersebut merusak baik pipa Nord Stream 1 maupun Nord Stream 2 begitu parahnya sehingga tidak ada gas yang dapat dialirkan melaluinya. Secara total, empat kerusakan ditemukan pada pipa-pipa tersebut setelah serangan.
Kuznietsov menyatakan bahwa ia adalah anggota angkatan bersenjata Ukraina dan berada di Ukraina saat kejadian berlangsung, suatu klaim yang menurut tim pembelanya akan memberinya “kekebalan fungsional” di bawah hukum internasional.
Awal bulan ini, anggota Parlemen Eropa (MEPs) mengirimkan surat kepada Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni yang menyatakan keprihatinan mengenai ekstradisi Kuznietsov.
“Penghancuran pipa-pipa tersebut merupakan pukulan signifikan bagi mesin perang Rusia dalam perang agresinya yang berlangsung terhadap Ukraina,” tulis para MEP.
“Dari sudut pandang hukum internasional, tindakan yang dilakukan dalam pertahanan terhadap agresi semacam itu, termasuk penetralan infrastruktur militer musuh, termasuk dalam tindakan sah dari perang yang dibenarkan,” tulis mereka.
“Oleh karena itu, kami mendesak pemerintah Italia untuk menunda segala langkah menuju ekstradisi hingga jaminan kekebalan fungsional dan tanggung jawab negara dinilai secara menyeluruh dan independen,” tambah mereka.
Kuznietsov, yang menghadapi hukuman hingga 15 tahun penjara jika dinyatakan bersalah oleh pengadilan Jerman, telah ditahan di penjara berkeamanan tinggi di Italia sejak penangkapannya dan pada suatu ketika melakukan mogok makan untuk memprotes kondisi penjaranya.
Enam tersangka lainnya dalam kasus ini masih buron.
Al Jazeera