Israel temukan jenazah sementara pasukannya terus menewaskan warga di seluruh Gaza di tengah kelangkaan pangan dan bahan bakar, memperparah krisis kemanusiaan.
Pasukan Israel mengklaim telah menemukan jenazzah tiga sandera yang ditahan di Jalur Gaza sejak serangan kelompok Palestina Hamas pada 2023, menurut keterangan militer.
Militer pada Minggu menyatakan jenazah Ofra Keidar, Yonatan Samerano, dan prajurit Shay Levinson berhasil ditemukan dari Gaza “dalam operasi khusus”.
Ayah Samerano sebelumnya mengumumkan jenazah putranya yang berusia 21 tahun itu berhasil ditemukan oleh tentara Israel setelah dibawa ke Gaza usai terbunuh pada 7 Oktober 2023.
Keidar, ibu tiga anak berusia 71 tahun, juga tewas pada hari itu, sedangkan komandan tank berusia 19 tahun Levinson “terlibat baku tembak dengan teroris pada pagi 7 Oktober dan gugur dalam pertempuran”, menurut pernyataan militer.
Lebih dari 1.100 orang tewas dan sekitar 250 disandera dalam serangan yang dipimpin Hamas di Israel selatan, menurut otoritas Israel. Sekitar 50 sandera masih berada di Gaza dengan 20 dilaporkan masih hidup, menurut media Israel.
Hamas berulang kali menyatakan kesediaan melepas semua sandera Israel sebagai ganti penghentian permanen perang di Gaza, penarikan total pasukan Israel dari wilayah tersebut, serta pembebasan semua tahanan Palestina di penjara Israel.
Tapi Netanyahu menolak syarat itu dan melanjutkan perang di Jalur Gaza yang telah menewaskan sekitar 56.000 warga Palestina – kebanyakan perempuan dan anak-anak – suatu serangan brutal yang disebut PBB, banyak pemerintah, dan kelompok HAM sebagai genosida.
Belakangan ini, warga Palestina yang kelaparan dan putus asa mencari makanan dan kebutuhan pokok lainnya justru ditembak, dengan lebih dari 400 tewas dan hampir 2.000 luka-luka sejak Gaza Humanitarian Foundation (GHF), kelompok misterius yang didukung AS dan Israel, mulai mendistribusikan bantuan bulan lalu.
Sumber rumah sakit di Gaza memberitahu Al Jazeera pasukan Israel menewaskan sedikitnya 29 warga Palestina sejak dini hari Minggu, enam di antaranya saat mencari bantuan. Kementerian Kesehatan Gaza menyatakan sedikitnya 51 warga Palestina tewas dalam 24 jam terakhir.
Sejak 18 Maret, ketika Israel melanggar gencatan senjata dua bulan yang rapuh dan melancarkan serangan besar-besaran ke Gaza, setidaknya 5.647 warga Palestina tewas dan 19.201 luka-luka menurut kementerian tersebut.
Koresponden Al Jazeera di Gaza pada Minggu menyatakan setidaknya enam orang tewas semalam selama pemadaman internet yang diberlakukan Israel selama lima jam disertai tembakan artileri berat ke wilayah timur dan tengah Gaza.
Tiga di antaranya tewas setelah roket menghantam tenda pengungsian warga Palestina di al-Mawasi sebelah barat kota Khan Younis. Seorang suami-istri tewas dalam serangan lain ke apartemen di utara Nuseirat.
Layanan medis di Gaza menyatakan ambulans sepenuhnya berhenti beroperasi di Kota Gaza akibat larangan Israel atas masuknya bahan bakar ke wilayah tersebut. Blokade makanan dan obat-obatan oleh Israel telah membawa seluruh populasi lebih dari dua juta orang ke ambang kelaparan.
Pada Minggu, Paus Leo XIV menyerukan dunia untuk tidak melupakan krisis kemanusiaan di Gaza seiring meluasnya perang di Timur Tengah dengan serangan AS ke Iran semalam.
“Dalam konteks yang mencakup Israel dan Palestina ini, ada risiko penderitaan sehari-hari masyarakat terlupakan, khususnya di Gaza dan wilayah lain di mana kebutuhan akan bantuan kemanusiaan yang memadai semakin mendesak,” kata Paus.