Selama lebih dari sebulan, pasukan Israel telah melakukan serangan ke rumah-rumah Palestina dan menghancurkan infrastruktur penting dengan menggunakan bulldozer. Serangan tersebut terutama difokuskan di Jenin dan Tulkarem.
Pasukan Israel mengatakan tank telah dikerahkan di Jenin untuk pertama kalinya di Tepi Barat sejak berakhirnya Intifada kedua pada tahun 2005.
Nabil Abu Rudeineh, juru bicara Presiden Palestina Mahmoud Abbas, mengutuk keputusan untuk mengerahkan tank di Tepi Barat utara.
“Ini adalah eskalasi Israel yang berbahaya yang tidak akan mengarah pada stabilitas atau ketenangan, dan kami memperingatkan tentang eskalasi berbahaya ini,” katanya.
Sejak 19 Januari ketika gencatan senjata Israel-Hamas mulai berlaku di Jalur Gaza, Jenin dan kamp pengungsi yang berdekatan telah berada di bawah pengepungan Israel dan setidaknya 27 warga Palestina tewas di sana.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memerintahkan militer untuk melakukan operasi “intensif” di Tepi Barat setelah ledakan pada hari Kamis di bus kosong di dekat Tel Aviv yang kantor Netanyahu sebut sebagai upaya serangan massal.
Tidak ada korban dilaporkan dalam ledakan tersebut, dan tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab.
Sementara itu, agensi berita Palestina Wafa melaporkan bahwa serangan tentara Israel dan pemukim juga terus berlanjut pada hari Minggu di seluruh Tepi Barat.
Di Nablus, setidaknya delapan orang ditangkap selama serangan Israel sementara dua orang lainnya ditahan di Beit Hanina, sebuah lingkungan di utara Yerusalem Timur.
Bulldozer Israel juga menghancurkan saluran listrik dan saluran air di kota Qabatiya, selatan Jenin, kata Wafa, menambahkan bahwa tentara Israel sekali lagi mendirikan pos pemeriksaan militer di pintu masuk al-Issawiya, sebuah lingkungan lain di Yerusalem Timur yang diduduki.
Israel telah membunuh lebih dari 800 warga Palestina di Tepi Barat sejak perang di Gaza pecah pada 7 Oktober 2023.