Israel telah membunuh koresponden Al Jazeera, Anas al-Sharif, beserta empat staf lainnya dalam serangan terarah di sebuah tenda di Kota Gaza. Jumlah total jurnalis yang tewas sejak 7 Oktober 2023 kini mencapai 269 orang.
Koresponden Mohammed Qreiqeh, juru kamera Ibrahim Zaher dan Moamen Aliwa, serta asisten mereka Mohammed Noufal, sedang berkumpul di tenda media di luar Rumah Sakit al-Shifa ketika mereka diserang oleh drone.
Dua orang lagi tewas dalam serangan pada Minggu malam itu, yang telah menuai kecaman keras.
Jaringan media Al Jazeera mengutuk apa yang mereka sebut sebagai “pembunuhan terencana” dan menyatakannya sebagai “serangan terang-terangan lagi terhadap kebebasan pers.”
“Serangan ini terjadi di tengah dampak buruk dari serangan Israel yang terus berlanjut di Gaza, yang telah menewaskan warga sipil tanpa henti, memicu kelaparan paksa, dan memusnahkan seluruh komunitas,” tulis jaringan tersebut dalam pernyataan mereka.
“Perintah untuk membunuh Anas Al Sharif, salah satu jurnalis paling berani di Gaza, dan rekan-rekannya, adalah upaya putus asa untuk membungkam suara-suara yang mengungkap rencana pendudukan Gaza.”
Committee to Protect Journalists (CPJ) menyatakan “terkejut” atas pembunuhan jurnalis Al Jazeera oleh Israel.
“Pola Israel dalam mencap jurnalis sebagai militan tanpa bukti yang kredibel memunculkan pertanyaan serius tentang niat dan penghormatannya terhadap kebebasan pers,” ujar direktur regional CPJ, Sara Qudah.
“Jurnalis adalah warga sipil dan tidak boleh menjadi sasaran. Mereka yang bertanggung jawab atas pembunuhan ini harus diadili,” tambah Qudah.
Bulan lalu, CPJ menyatakan sangat khawatir akan keselamatan al-Sharif karena ia menjadi “sasaran kampanye fitnah militer Israel.”
Sejak Israel melancarkan perang di Gaza pada Oktober 2023, mereka kerap menuduh jurnalis Palestina di Gaza sebagai anggota Hamas, yang menurut kelompok HAM merupakan upaya untuk mendiskreditkan pelaporan mereka tentang pelanggaran Israel.