Menteri Luar Negeri menyatakan Iran tidak melakukan pengayaan uranium di situs manapun sejak Israel dan AS membombardir fasilitas tersebut.
Tehran, Iran – Otoritas Iran menegaskan bahwa Amerika Serikat dan sekutunya konsisten menerapkan pendekatan koersif terhadap program nuklir negara itu, sehingga negosiasi tampaknya masih jauh dari realisasi.
Administrasi Presiden AS Donald Trump dinilai tidak menyisakan ruang bagi dialog dengan terus mengajukan “tuntutan maksimalis”, ujar Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi dalam konferensi pers di Tehran pada Minggu.
Rekomendasi Cerita
daftar 4 item
akhir daftar
“Pendekatan pemerintahan AS saat ini sama sekali tidak menunjukkan kesiapan untuk negosiasi yang setara dan adil guna menjamin kepentingan bersama,” tuturnya di sela-sela Forum Dialog Tehran yang dihadiri diplomat dan utusan dari kawasan.
Pejabat Iran mengaku terus menerima pesan dari negara tetangga yang berupaya memediasi dan menjaga perdamaian. Surat dari Araghchi juga disampaikan kepada Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani pada Minggu yang membahas Iran, genjatan senjata di Gaza, serta isu lainnya menurut media Iran.
Araghchi menambahkan bahwa kanal komunikasi dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) tetap terbuka. Utusan Iran di Wina – tempat markas badan pengawas nuklir itu berada – didampingi rekan dari China dan Rusia dalam pertemuan dengan perwakilan lembaga PBB pada Jumat.
“Saat ini tidak ada pengayaan karena fasilitas pengayaan nuklir kami telah diserang,” jelas menteri luar negeri dalam konferensi pers. “Pesan kami jelas: hak Iran untuk penggunaan energi nuklir secara damai, termasuk pengayaan, tidak terbantahkan dan akan kami lanjutkan.”
Pekan lalu, laporan rahasia terbaru IAEA tentang program nuklir Iran dibocorkan ke media Barat, yang memberitakan bahwa lembaga PBB itu tidak dapat memverifikasi stok uranium Iran yang diperkaya 60 persen sejak fasilitasnya dibom dan mengalami kerusakan parah oleh AS dan Israel pada Juni.
IAEA menyatakan memerlukan inspeksi “yang sudah lama tertunda” di tujuh lokasi yang menjadi sasaran selama perang, termasuk Fordo, Natanz, dan Isfahan.
Iran telah memberikan akses kepada IAEA ke Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Bushehr dan Reaktor Riset Tehran, namun menyatakan kondisi keamanan dan keselamatan untuk inspeksi di fasilitas lain belum terpenuhi selama uranium berkadar tinggi masih terkubur.
Resolusi Lain?
Pejabat Iran memberi sinyal pada akhir pekan bahwa tiga kekuatan Eropa – Prancis, Inggris, dan Jerman – yang sebelumnya tergabung dalam perjanjian nuklir 2015 yang sudah tidak berlaku – mungkin akan mengajukan resolusi lain berfokus pada Iran kepada dewan IAEA.
Iran sebelumnya menanggapi beberapa resolusi censure dengan eskalasi dalam pengayaan uranium, dan Israel melancarkan serangan pada Juni terhadap Iran sehari setelah IAEA mengeluarkan resolusi yang diajukan Eropa yang menyatakan Tehran tidak mematuhi komitmen safeguards nuklirnya.
Wakil Menteri Urusan Internasional dan Hukum Kementerian Luar Negeri Iran, Kazem Gharibabadi, dalam wawancara dengan wartawan di Tehran pada Minggu, menyatakan Iran “berhak meninjau ulang pendekatannya” jika resolusi baru diajukan.
Dia menegaskan upaya tiga negara Eropa tersebut – yang didukung AS untuk memberlakukan kembali sanksi PBB terhadap Iran meski ditentang China dan Rusia – “telah mengeleminasi mereka dari bidang dialog dan diplomasi dengan Iran”.
“Resolusi lain tidak akan memberi tekanan tambahan pada Iran, namun pesan yang disampaikannya menunjukkan bahwa kolaborasi dan koordinasi tidak penting bagi mereka,” tegas Gharibabadi.
Kepala Program Nuklir Iran Mohammad Eslami juga mengkritik Barat dan IAEA, dengan menyatakan kepada wartawan pada Minggu bahwa lembaga PBB itu dimanfaatkan untuk tujuan politik, yang “menerapkan standar ganda dan hukum rimba yang harus dihentikan”.
“Serangan terhadap fasilitas Iran tidak ada presedennya. Ini pertama kalinya fasilitas nuklir di bawah pengawasan agensi diserang, yang berarti pelanggaran hukum internasional, namun IAEA tidak mengutuk serangan tersebut,” papar Eslami.
Komandan militer Iran terus menunjukkan sikap berseberangan. Menteri Pertahan Amir Hatami dalam pertemuan dengan anggota parlemen pada Minggu menyatakan angkatan bersenjata “tidak menyia-nyiakan waktu dalam meningkatkan kemampuan pertahanan” pasca perang 12 hari dengan Israel.
Ketegangan di kawasan tetap tinggi setelah Korps Pengawal Revolusi Islam Iran pada Sabtu mengonfirmasi penyitaan kapal tanker terdaftar Cyprus yang melintas di Selat Hormuz.