Iran Gelar Pemakaman Kenegaraan untuk Pemimpin Militer yang Gugur dalam Konflik dengan Israel

Pemakaman kenegaraan sedang berlangsung di Iran untuk sekitar 60 orang, termasuk komandan militer dan ilmuwan nuklir, yang tewas selama konflik 12 hari dengan Israel.

Peti-peti yang diselimuti bendera Iran, dihiasi potret para komandan yang gugur, dikelilingi kerumunan besar di dekat Lapangan Enghelab di pusat Teheran.

Konflik berakhir dengan gencatan senjata awal pekan ini, setelah AS terlibat langsung dengan mengebom situs-situs nuklir kunci di Iran.

Di antara yang dimakamkan adalah Mohammad Bagheri, perwira militer tertinggi Iran yang menjabat sebagai kepala staf angkatan bersenjata.

Ribuan pelayat berbaju hitam meneriakkan yel-yel, mengibarkan bendera Iran, dan membawa potret para korban.

Pemakaman pada Sabtu juga akan meliputi Hossein Salami, panglima Garda Revolusi Islam, serta sejumlah ilmuwan nuklir seperti Mohammad Mehdi Tehranchi, mantan rektor Universitas Azad Teheran.

Ini terjadi setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa ia "pasti" akan mempertimbangkan untuk mengebom Iran lagi.

Menanggapi pertanyaan dari Nomia Iqbal BBC dalam konferensi pers di Gedung Putih, Jumat, ia menyatakan "tanpa ragu" akan menyerang Iran jika intelijen menyimpulkan negara itu mampu memperkaya uranium hingga level membahayakan.

Trump juga mengulangi klaimnya bahwa Iran "terlumat", dengan menulis: "Mengapa ‘Pemimpin Tertinggi’ Ayatullah Ali Khamenei, dari Iran yang porak-poranda, berani berbohong dengan mengatakan ia menang perang melawan Israel?"

Trump bahkan mengaku tahu "persis di mana Khamenei bersembunyi", tetapi memilih tidak mengizinkan Israel atau militer AS "mengakhiri hidupnya".

"Aku menyelamatkannya dari kematian yang memalukan, tapi dia tak perlu berterima kasih," tulis Trump di platform Truth Social.

Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, memperingatkan Trump agar tidak membuat komentar "tidak sopan" tentang Khamenei, yang menegaskan serangan AS dan Israel ke situs nuklir Iran "tak membuahkan hasil berarti".

MEMBACA  Besok, Mendagri Tito Gelar Pertemuan dengan Seluruh Kepala Daerah Bahas Kasus Keracunan Massal Mi Berat

"Jika Presiden Trump sungguh ingin berunding, hentikan nada merendahkan terhadap Ayatullah Agung Khamenei," cuit Araghchi di X.

"Rakyat Iran yang perkasa telah membuktikan bahwa rezim Israel tak punya pilihan selain lari ke ‘Ayah’ agar tidak dihancurkan rudal kami. Ancaman dan hinaan tak kami terima."

Araghchi mengakui bahwa kerusakan "parah dan serius" terjadi di situs nuklir Iran akibat pemboman baru-baru ini.