Pukulan mundur berpotensi menggagalkan upaya diplomat AS Thomas Barrack dalam memajukan ‘rencana ke depan’ untuk perdamaian Israel-Lebanon.
Pemimpin Hezbollah Naim Qassem tampak menolak proposal agar kelompoknya melucuti senjata, sebagaimana diajukan Amerika Serikat ke pimpinan Lebanon bulan lalu.
Qassem berargumen pada Jumat bahwa tentara Israel akan meluas di Lebanon jika tidak ada “perlawanan” di negara tersebut.
“Kami tidak akan menyerah atau tunduk pada Israel; Israel tidak akan merampas senjata kami,” ujarnya dalam pesan video.
Pernyataan Qassem berpotensi menggagalkan upaya diplomat AS Thomas Barrack bulan lalu untuk mencapai kesepakatan antara Lebanon dan Israel yang mencakup pelucutan senjata kelompok bersenjata Lebanon itu.
Barrack, duta besar AS untuk Turki dan utusan khusus untuk Suriah, menyatakan dirinya “sangat puas” awal bulan ini setelah menerima tanggapan atas proposalnya dari otoritas Lebanon, menambahkan bahwa “rencana ke depan” sedang disusun.
Pemimpin Lebanon yang menjabat setelah lebih dari setahun permusuhan antara Israel dan Hezbollah berjanji memonopoli penggunaan senjata oleh negara, sambil menuntut Israel mematuhi gencatan senjata dengan kelompok itu yang disepakati November lalu.
Perdana Menteri Lebanon Nawaf Salam dalam wawancara dengan Al Jadeed TV pada Jumat mengatakan kekhawatiran atas eskalasi Israel beralasan, namun proposal AS merupakan “kesempatan” yang bisa mengarah pada penarikan Israel.
Salam mengakui senjata Hezbollah memainkan peran penting dalam membebaskan Lebanon Selatan dari Israel pada 2000, tapi bersikeras bahwa kini harus berada di bawah komando negara Lebanon.
Namun, Qassem menyatakan Lebanon menghadapi bahaya eksistensial yang harus diprioritaskan dibanding isu monopoli senjata oleh negara.
“Setelah bahaya itu diatasi, kami siap mendiskusikan strategi pertahanan atau strategi keamanan nasional,” katanya.
Hezbollah menyatakan angkatan bersenjata Lebanon gagal menghadapi pelanggaran Israel sejak berdirinya negara itu pada 1948.
‘Siap untuk konfrontasi defensif’
Di bawah gencatan senjata, Hezbollah seharusnya menarik pejuangnya ke utara Sungai Litani, sekitar 30 km dari perbatasan Israel.
Israel seharusnya menarik pasukannya dari Lebanon, tetapi tetap menempatkan mereka di lima wilayah yang dianggap strategis dan melanggar gencatan senjata hampir setiap hari dengan serangan mematikan.
Israel menghantam Hezbollah secara signifikan dalam perang tahun lalu, membunuh pemimpinnya Hassan Nasrallah bersama komandan lainnya serta menghancurkan sebagian besar persenjataannya.
Qassem tampak mengakui Hezbollah tidak dalam posisi membalas atau menyerang pasukan Israel yang menduduki bagian Lebanon Selatan.
Tapi ia menegaskan kelompoknya takkan melucuti senjata di bawah ancaman perang total baru.
“Kami siap dan sedia untuk konfrontasi defensif,” kata pemimpin Hezbollah itu.