Ambisi Politik Musk Bikin Investor Khawatir, Penjualan Tesla Turun di Kuartal II
Saham Tesla anjlok setelah CEO Elon Musk mengumumkan rencana untuk meluncurkan partai politik baru di AS di tengah perseteruannya dengan sekutu lamanya, Presiden AS Donald Trump. Saham produsen mobil listrik itu turun 7% pada Senin siang waktu New York (16:00 GMT). Musk mengumumkan rencananya Jumat lalu usai berselisih dengan Trump terkait undang-undang pajak yang baru ditandatangani. Trump menyebut ide Musk itu "konyol."
Pengumuman Musk memperdalam kekhawatiran analis soal komitmennya kepada Tesla, terutama setelah perusahaan melaporkan penurunan penjualan di kuartal II akibat keterlibatannya di dunia politik.
Konflik Trump-Musk Tekan Sentimen Investor
"Musk yang makin dalam terjun ke politik dan kini melawan establishment Washington adalah hal terakhir yang diinginkan investor Tesla di momen krusial ini," ujar Dan Ives, analis Wedbush Securities. "Meski pendukung setia Musk akan selalu membelanya, banyak investor Tesla mulai lelah dengan fokus politiknya."
"Setelah keluar dari pemerintahan Trump dan DOGE, sempat ada kelegaan karena Tesla kembali punya aset terbesarnya: Musk. Tapi kelegaan itu berumur pendek dan sekarang malah berbalik jadi kekhawatiran."
Pekan lalu, Trump mengancam akan memotong subsidi miliaran dolar untuk perusahaan Musk setelah perseteruan mereka memanas di media sosial awal Juni.
"Aku dan investor Tesla lain lebih memilih untuk tidak terlibat urusan politik. Semakin cepat gangguan ini hilang dan Tesla kembali fokus ke bisnis, semakin baik," kata Shawn Campbell dari Camelthorn Investments, pemegang saham Tesla, kepada Reuters.
Tesla berpotensi kehilangan valuasi pasar lebih dari $80 miliar jika penurunan saham berlanjut, sementara trader siap meraup untung $1,4 miliar dari short position saham Tesla hari ini.
Langkah terbaru Musk juga mempertanyakan langkah dewan direksi Tesla. Ketua dewan Robyn Denholm pada Mei membantah laporan Wall Street Journal yang menyebut anggota dewan sedang mempertimbangkan mengganti CEO.
Dewan Tesla, yang kerap dikritik karena gagal mengawasi CEO kontroversialnya, kini menghadapi dilema: Musk tak hanya memimpin lima perusahaan lain, tapi juga punya ambisi politik pribadi.
"Ini tepatnya situasi di mana dewan harus bertindak—mengganti CEO jika dia menolak menghentikan aktivitas seperti ini," kata Ann Lipton, profesor hukum bisnis di University of Colorado.
Masa depan Tesla dianggap sangat bergantung pada Musk, orang terkaya dunia yang kekayaannya sebagian besar berasal dari saham Tesla. Menurut data LSEG, dialah pemegang saham terbesar Tesla.
"Dewan Tesla cenderung pasif; mereka belum mengambil langkah nyata untuk membatasi kegiatan Musk di luar Tesla, dan sulit membayangkan mereka akan mulai sekarang," tambah Lipton.
Perusahaan lain milik Musk—seperti X Corp (dulu Twitter) dan SpaceX—tidak diperdagangkan secara publik.