Tudor Lakatos Hadapi Diskriminasi Roma Melalui Warisan Musik Elvis Presley
Dengan kemeja rhinestone, kacamata besar, dan quiff khas tahun 1950-an, Lakatos memukau penonton di seluruh Rumania dengan penampilan khasnya menyanyikan lagu seperti Blue Suede Shoes.
Bukan sekadar peniru, Lakatos memanfaatkan daya tarik universal Elvis untuk meruntuhkan stereotip tentang orang Roma dan menginspirasi generasi muda Roma.
Aku gak pernah kepikiran buat naik panggung, ujar Lakatos, 58 tahun, setelah manggung di sebuah restoran di Bukares. Aku cuma pengen satu hal—berteman dengan orang Rumania, berhenti dipanggil ‘Gypsy’, tambahnya, menggunakan istilah yang kerap dihina untuk komunitas Roma.
Orang Roma, yang berasal dari Asia Selatan, telah mengalami penindasan berabad-abad di Eropa Timur dan masih menghadapi kemiskinan, pengangguran, serta prasangka. Di Rumania, mereka mencakup sekitar 7% populasi, dengan seperlimanya melaporkan pengalaman diskriminasi dalam setahun terakhir, menurut data Uni Eropa.
Lakatos memulai misinya di awal 1980-an sebagai mahasiswa seni di bawah rezim komunis Nicolae Ceausescu. Saat sentimen anti-Roma meluas, ia menemukan bahwa musik Elvis bisa menjembatani hubungan dengan mahasiswa etnis Rumania sekaligus melambangkan perlawanan terhadap penindasan pemerintah.
Kini, 40 tahun kemudian, penikmatnya semakin luas. Sebagai guru selama 25 tahun, Lakatos menggunakan musik untuk menunjukkan pada murid-muridnya bahwa mereka bisa bermimpi lebih besar dari keterbatasan desa di barat laut Rumania.
Kata ‘Gypsy’ dipakai di mana-mana sebagai hinaan, ujarnya. Kami yang tua sudah terbiasa, bisa menelan itu. Tapi aku sering bilang, ‘Panggil kami apa saja, dinosaurus atau brontosaurus, tapi setidaknya ajak kami bekerja sama mendidik generasi berikutnya.’
Meski berprofesi sebagai guru, Lakatos tetap tampil di berbagai tempat di Rumania.
Campuran bahasa yang unik kadang membawa kejutan karena tidak semua lirik Elvis dari tahun 1950-an bisa diterjemahkan secara harfiah.
Misalnya, "Don’t step on my blue suede shoes" tidak masuk akal bagi banyak anak didiknya yang miskin. Di versinya, lirik itu berubah jadi "Jangan injak kakiku yang telanjang."
Pesan yang mungkin dipahami Elvis—yang lahir di rumah dua kamar di Tupelo, Mississippi, semasa Depresi Besar.