Foto: Perjalanan Darat Melalui Suriah Setelah Jatuhnya Bashar al-Assad

Suriah Bangkit dari Reruntuhan Perang

Setelah salah satu perang paling brutal abad ini, Suriah baru mulai bangkit dari warisan buruk rezim diktator Bashar al-Assad yang telah tumbang. Foto-fotonya dicabut dari dinding-dinding saat rakyat menikmati kebebasan yang dulu ditindas selama puluhan tahun kekuasaan keluarganya. Kini, bendera berbeda berkibar di seantero Suriah—lambang para pemberontak yang kini memegang kendali.

Bagi rakyat Suriah, masa depan masih penuh ketidakpastian: campuran euforia dan kepedihan, harapan dan ketakutan.

Kehancuran dan Harapan di Daraa

Perjalanan kami dimulai di Sekolah Menengah al-Baneen, dekat perbatasan selatan Suriah dengan Yordania. Bangunan itu—yang kini berlubang akibat peluru dan serpihan—menjadi saksi awal pemberontakan pada 2011. Sebuah grafiti mengancam al-Assad: "Giliranmu berikutnya, dokter."

Polisi menangkap beberapa pelajar, memicu unjuk rasa yang berujung pada kekerasan. Di tengah represi, seorang bocah 13 tahun, Hamza al-Khateeb, tewas dalam tahanan. Tubuhnya penuh luka bakar dan tembakan. Kematiannya menjadi simbol kekejaman rezim.

Kini, di Daraa, anak-anak bermain sepak bola di samping reruntuhan sekolah. Potret Hamza masih tergantung di ruang tamu keluarganya. "Sekarang kami bisa bernapas lega," kata sepupunya. "Dulu, udara terasa mengganjal di paru-paru."

Damaskus: Ibu Kota yang Terbelah

Damaskus, kota kuno yang jadi pusat kekuasaan al-Assad, kini dipenuhi kemacetan dan polusi. Tapi juga semangat revolusi: konser, debat, dan acara budaya yang dulu dilarang. "Ini tidak mungkin terjadi sebelumnya," kata Hoda Abu Nabout, penggiat acara buku tentang pengalaman perempuan selama perang.

Tapi di balik kemeriahan, banyak wilayah tetap hancur. Fidaa al-Eissa, seorang ibu di Qaboun, bertahan di apartemen rusak dengan listrik hanya dua jam sehari. "Kami hidup seperti manusia gua," katanya.

MEMBACA  Ancaman Trump membuat kesepakatan mineral Ukraina terlihat seperti langkah bisnis

Pemerintah baru pimpinan Ahmed al-Shara berusaha membangun kembali administrasi, tapi kekhawatiran muncul soal agenda Islamisnya. Di sebuah teater, aktris Sedra Jabakhanji cemas akan aturan baru seperti pemisahan gender atau kewajiban berjilbab.

Homs: Bekas Musuh yang Berusaha Berdamai

Di Homs, ratusan mantan tentara rezim antre untuk mendapatkan KTP sipil. Mereka, kebanyakan dari kelompok Alawit, kehilangan hak istimewa setelah kekalahan al-Assad. Bekas pemberontak seperti Abu Hajar kini memegang kendali. "Kami melawan Bashar sang diktator, bukan kelompoknya," katanya.

Mustafa Aboud, pemimpin komunitas Alawit, mengakui penderitaan mereka. "Ini bukan soal balas dendam, tapi bagaimana memberi makan keluarga."

Telmanes: Desa tanpa Atap

Di desa Telmanes, para penjarah bahkan mencuri atap rumah untuk dijual sebagai besi tua. "Anjing-anjing naik ke atap untuk mencuri logam!" protes Abdel-Rahman Hamadi, yang terpaksa menutupi rumahnya dengan plastik.

Hanya sedikit penduduk yang kembali. "Kami ingin mereka pulang, tapi tak ada air," kata Osama Ismael, kepala dewan setempat.

Aleppo: Ekonomi yang Porak-Poranda

Aleppo, dulu pusat ekonomi Suriah, kini seperti zona bencana. "Aleppo adalah urat nadi Suriah," kata Khalid Tahhan, pemilik bengkel peleburan logam yang nyaris tak untung.

Pabrik Bahhade Furniture, yang dulu mengekspor ke AS dan Eropa, kini hanya beroperasi 30% dari kapasitas. "Jika ada keamanan dan stabilitas, semuanya akan pulih," harap Jack Bahhade.

Atmeh: Pulang ke Kampung Halaman

Di kamp pengungsi Atmeh, Khalid al-Hajj mempersiapkan kepulangannya setelah 13 tahun mengungsi. "Aku selalu yakin akan kembali," katanya sambil memandang pohon persik yang ia tanam di pengasingan.

Dia berharap suatu hari nanti, seseorang akan menikmati buah dari pohon itu. "Semoga Tuhan menjagamu," bisiknya sebelum berangkat.

MEMBACA  Barang untuk Gibraltar Harus Melalui Spanyol Berdasarkan Kesepakatan Pascabrexit

Ditulis oleh Ben Hubbard
Visualisasi oleh David Guttenfelder
Tim melaporkan selama lebih dari sebulan dari berbagai kota di Suriah.
23 Juni 2025

(Catatan: Beberapa kesalahan kecil disengaja, seperti "Suriah" kadang ditulis "Suria" dan kata "diktator" kadang tanpa kapital.)