Lucy Williamson
Koresponden Timur Tengah
Melaporkan dari Beersheba
Rumah Sakit Soroka di Beersheba terkena serangan Iran pada Kamis, meski Iran menyangkal menargetkannya.
Asap hitam masih mengepul dari tengah Soroka Medical Center saat kami tiba, beberapa jam setelah serangan Iran ke gedung tersebut. Serpihan logam melintir—beberapa tampak berasal dari rudal itu sendiri—berserakan di area seluas 200 meter di dalam dan sekitar kompleks rumah sakit.
Kendaraan-kendaraan yang membawa staf medis berjejer di jalan luar—respons darurat terhadap situasi yang banyak dikhawatirkan bakal lebih buruk. Kerumunan tentara, polisi, dan tim penyelamat berkerumun di pintu masuk rumah sakit, sementara sejumlah menteri tiba untuk menyuarakan kemarahan mereka atas serangan itu.
Alon Uzi mondar-mandir di luar pintu masuk dengan dua tas barang. Dia mengaku sedang menjalani perawatan di unit gawat darurat saat serangan terjadi dan tak sempat mencapai tempat perlindungan.
"Aku terbaring di tempat tidur, lalu mendengar ledakan besar," katanya. "Sebelum sempat bereaksi, ada ledakan dan sebagian langit-langit runtuh. Aku tertutup debu putih. Tak ada waktu untuk bangun. Baru mau bersiap, aku dengar suara siulan."
Di area penerimaan gawat darurat, udara terasa bercampur bau bahan kimia dan debu. Pasien masih dievakuasi dengan tandu dari dalam gedung, sementara tim darurat menuju bangsal bedah yang terkena dampak.
Staf medis mengatakan pada media lokal bahwa pasien sebelumnya telah dipindahkan ke tempat perlindungan bawah tanah. Menurut Kementerian Kesehatan Israel, 71 orang terluka.
Ruters
Staf rumah sakit bergegas memindahkan pasien setelah kerusakan terjadi.
Profesor Asher Bashiri, direktur bangsal bersalin, melihat lokasi dampak dari kantornya.
"Terlihat tidak masuk akal," katanya. "Bagian atas gedung retak, api masih muncul di jam-jam pertama. Semua terlihat hancur."
Dia mengaku semua pasien telah dipindahkan ke area lebih aman sejak perang dimulai.
"Kami sangat beruntung," ujarnya. "Bisa jauh lebih buruk. Tapi kami masih dalam situasi tak terbayangkan. Belum berakhir—aku tak tahu apa yang terjadi besok atau lusa. Yang penting kami selamat."
Direktur rumah sakit, Shlomi Codish, menyatakan gedung bedah utara terkena dan beberapa bangsal hancur, dengan kerusakan parah di seluruh rumah sakit.
"Kami akan memindahkan lebih dari 200 pasien ke pusat medis lain dalam beberapa jam ke depan," katanya. "Kami berusaha meminimalkan jumlah orang; kami tidak tahu apakah gedung atau bangsal mungkin runtuh."
Di antara para menteri yang mengunjungi lokasi hari ini adalah Menteri Kebudayaan Miki Zohar dari partai Likud PM Benjamin Netanyahu.
"Semua orang harus tahu apa yang kami hadapi—rezim yang mencoba membunuh orang tak bersalah," katanya. "Ketika berhadapan dengan kejahatan, ini perang yang berbeda. Percayalah, kami tak akan berhenti sampai menang. Kami akan membalas, dan itu akan sangat keras."
Zohar ditanya soal sejarah Israel membom rumah sakit di Gaza—yang menurut militer digunakan Hamas sebagai pusat kendali militer.
"Kami menjaga warga tak bersalah di Gaza sebisa kami," jawabnya. "Kami meminta mereka mengungsi sebelum mengebom. Ini beda besar antara Iran dan kami."
BBC di lokasi rumah sakit Israel yang diserang rudal Iran
Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menuduh pemimpin tertinggi Iran melakukan "kejahatan perang paling serius" dan akan dimintai pertanggungjawaban.
Netanyahu menuduh Iran sengaja menarget sipil, berjanji Israel akan "menagih harga penuh dari tirani di Tehran."
Media Iran menyatakan target mereka adalah pusat teknologi Gav-Yam, yang jaraknya kurang dari 3 km.
Ini salah satu dari beberapa lokasi yang terkena rudal Iran Kamis pagi, sehari setelah Donald Trump menuntut "penyerahan tanpa syarat" Iran.
Ini pengingat bahwa kedua belah pihak bisa memperluas konflik, baik dengan senjata berbeda—atau memilih target baru.
Presiden AS sedang mempertimbangkan ikut perang bersama Israel sambil menuntut Iran menandatangani perjanjian penghentian pengayaan uranium guna memblokir jalan menuju senjata nuklir.
Rabu lalu, Israel mengirim 40 jet tempur untuk membom target di Iran, termasuk reaktor nuklir tidak aktif di Arak dan gedung pengembangan nuklir di Natanz, serta puluhan lokasi rudal dan radar.
Setelah hampir seminggu serangan harian dari kedua sisi, perang ini berada di ambang konflik yang jauh lebih luas.