Tiga puluh dua negara Afrika kini lebih banyak mengeluarkan dana untuk membayar utang luar negeri ketimbang membiayai layanan kesehatan.
Diterbitkan Pada 13 Okt 202513 Okt 2025
Klik di sini untuk membagikan di media sosial
share2
Lebih dari 30 ekonom terkemuka, mantan menteri keuangan, dan gubernur bank sentral menyerukan penghapusan utang segera bagi negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Mereka memperingatkan bahwa cicilan utang menghalangi pemerintah dalam membiayai layanan dasar.
Dalam sebuah surat yang dirilis Minggu, menjelang pertemuan tahunan Bank Dunia dan IMF bulan depan, kelompok ini menyatakan negara-negara “gagal memenuhi pembangunan” meski tetap membayar utang.
Rekomendasi Cerita
list of 2 items
end of list
“Berbagai negara di dunia membayar biaya layanan utang yang terlampau tinggi alih-alih membiayai sekolah, rumah sakit, aksi iklim, atau layanan penting lainnya,” bunyi surat itu.
Di antara penandatangan adalah ekonom peraih Nobel Joseph Stiglitz, mantan Gubernur Bank Sentral Kolombia Jose Antonio Ocampo, dan mantan Menteri Keuangan Afrika Selatan Trevor Manuel.
Para ekonom menyebut pemerintah Afrika kini rata-rata menghabiskan 17 persen pendapatan negara untuk membayar utang. Tiga puluh dua negara Afrika mengeluarkan dana lebih besar untuk utang luar negeri daripada kesehatan, sementara 25 negara mengalokasikan lebih banyak untuk utang ketimbang pendidikan.
Surat itu menyatakan bahwa membatasi rasio rata-rata pendapatan negara untuk pembayaran utang hingga 10 persen dapat menyediakan air bersih bagi sekitar 10 juta orang di 21 negara, serta mencegah kurang lebih 23.000 kematian anak di bawah lima tahun setiap tahunnya.
Seruan ini muncul di saat sistem kesehatan di seluruh Afrika menunjukkan tanda-tanda tekanan berat.
Menurut laporan ActionAid yang terbit awal tahun ini, 97 persen tenaga kesehatan di enam negara Afrika menyatakan gaji mereka tak cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok. Hampir sembilan dari sepuluh melaporkan kelangkaan obat dan peralatan akibat pemotongan anggaran.
Krisis pendanaan sektor publik diperparah oleh menyusutnya anggaran bantuan. Amerika Serikat, yang sebelumnya merupakan donor terbesar dunia, memangkas pendanaan tahun ini seiring pemerintahan Presiden Donald Trump mengalihkan prioritas dari bantuan.
International Rescue Committee menyatakan 10 dari 13 negara yang paling terdampak pemotongan bantuan AS adalah negara Afrika.
Para ekonom memperingatkan bahwa upaya penghapusan utang saat ini telah gagal. Sebuah kerangka kerja di bawah naungan Kelompok 20 sejauh ini hanya meringankan 7 persen dari total utang luar negeri negara-negara berisiko.
Mereka mendesak para pemimpin untuk segera mengurangi beban utang, mereformasi cara Bank Dunia dan IMF menilai keberlanjutan utang, serta mendukung “Klub Peminjam” agar negara-negara dapat bernegosiasi dari posisi yang kuat.
“Tindakan berani dalam hal utang berarti lebih banyak anak di ruang kelas, lebih banyak perawat di rumah sakit, dan lebih banyak aksi terhadap perubahan iklim,” tutup surat tersebut.