Di Tiongkok, beberapa kaum lansia yang berharap tetap bugar dan berumur panjang mulai melatih diri dengan senjata—bukan untuk tujuan mematikan.
Bagi sejumlah pensiunan, alat-alat olahraga yang tak konvensional ini ialah bagian dari rutinitas harian mereka. Sebut saja Tuan Wang: di sebuah taman dekat Pusat Olimpiade Beijing, ia mengayunkan cambuknya dengan presisi yang stabil dan fokus.
Dengan setiap desisan tajam, ia menggerakkan gasing berwarna-warni melewati malam musim panas yang lembap.
Wang teringat bahwa beberapa tahun lalu, dokternya menasihatinya untuk lebih banyak berolahraga akibat bahunya yang kaku. Setelah mempertimbangkan, ia memutuskan untuk membeli sebuah cambuk.
“Seorang pria tua di kampung halaman saya menyuruh saya membelinya. Saya tidak bisa melakukan trik apa pun. Saya hanya mengayunkannya bolak-balik beberapa kali,” kata Wang, yang, seperti beberapa lainnya, lebih memilih untuk tidak menyebutkan nama lengkapnya.
Lebih banyak waktu untuk hal baru
“Kaum lansia saat ini lebih memperhatikan perawatan diri. Mereka berolahraga dan menjalani gaya hidup sehat,” ujar Liu Yajun, seorang dokter pengobatan tradisional Tiongkok.
Olahraga memperkuat otot dan tulang, meningkatkan koordinasi dan keseimbangan—semua itu sangat penting di usia senja. Liu menganggap pensiun dini sebagai peluang bagus, karena memungkinkan orang untuk mencoba hal-hal baru.
Nyonya Wei menyambar peluang ini. Perempuan berusia 51 tahun ini pensiun dini dan kini berlatih hampir setiap pagi bersama para pensiunan lainnya di lapangan depan Menara Drum yang terkenal di pusat Beijing, berlatih Tai Chi dengan pedang dan kipas.
“Ini meningkatkan sirkulasi darah dan membantu mengatasi keluhan fisik ringan,” katanya. Ia mendedikasikan satu hingga dua jam per sesi untuk seni bela diri yang meditatif ini.
Problem Penuaan di Tiongkok
Populasi Tiongkok menua dengan cepat. Dengan generasi baby boom yang kini memasuki masa pensiun, jumlah penerima pensiun semakin meningkat. Di saat bersamaan, menurunnya tingkat kelahiran memberikan tekanan pada sistem pensiun dan pasar tenaga kerja.
Para ahli memperkirakan populasi Tiongkok, yang saat ini sekitar 1,4 miliar, dapat berkurang separuh pada tahun 2100. Akibatnya, Beijing secara bertahap telah menaikkan usia pensiun sejak tahun ini—dari 60 menjadi 63 tahun untuk pria dan dari 55 menjadi 58 tahun untuk wanita.
Ekonomi Tiongkok, yang tengah bergulat dengan konsumsi yang lemah, melihat peluang dalam melayani kaum lansia. Kereta api yang diadaptasi khusus untuk para pensiunan tersedia untuk bepergian.
Perjalanan kereta “rambut perak” ini tidak hanya menyediakan makan di dalamnya, tetapi juga dilengkapi posko medis. Pemerintah memperkirakan pada tahun 2035, “ekonomi perak” akan menyumbang 9% bagi pertumbuhan, naik dari 6% saat ini.
Beijing Mendorong Kebugaran
Produk-produk olahraga juga banyak diminati, didukung oleh inisiatif negara. Hampir separuh dari seluruh dewasa dianggap kelebihan berat badan.
Menurut media negara, permintaan akan peralatan olahraga dan program kebugaran di kalangan pensiunan telah meningkat. Survei menunjukkan bahwa sekitar separuh pensiunan berolahraga setidaknya sekali seminggu.
Ide-idenya tak ada habisnya: Video daring menunjukkan para atlet lansia melakukan latihan yang tidak biasa. Beberapa mendorong punggung mereka ke batang pohon untuk merangsang sirkulasi darah. Yang lain menjuntai kepala mereka dalam sejenis ayunan dan bergoyang bolak-balik.
Namun, latihan “menggantung leher” ini bukannya tanpa risiko. Setelah laporan tentang kecelakaan fatal, pihak berwajib melarang praktik tersebut di beberapa taman.
Menari adalah ‘hal yang paling indah’
Berdansa jauh lebih aman. Siapa pun yang berjalan-jalan melintasi kota-kota di Tiongkok pada malam hari sering akan melihat kelompok besar wanita menari di alun-alun umum dengan musik tekno Tiongkok yang keras.
Di Taman Taoranting Beijing, Ge Fang bersiap untuk latihan kelompok tarinya pada suatu pagi yang terik.
“Saya datang ke sini setiap hari,” kata perempuan 68 tahun itu. Ia menemukan hobi ini setelah pensiun. Kelompoknya menarikan “tari pelaut”—sejenis swing ala Tiongkok.
“Aktivitas ini sangat berdampak pada kesehatan orang tua,” kata Ge, sambil menunjuk seorang rekan penari yang sudah berusia lebih dari 80 tahun. Setelah bertahun-tahun menari, ia merasa bahagia dan sehat.
“Menari adalah hal yang paling indah,” kata Ge.
Hacky Sack ala Tiongkok
Aktivitas populer lainnya di Tiongkok adalah “Jianzi”, sebuah kok berbulu yang dijaga agar tetap di udara, terkadang dengan keahlian akrobatik.
Di Menara Drum Beijing, para pensiunan menyebut Lao Fan sebagai pemain terbaik. Pria 70 tahun itu menjelaskan bahwa Jianzi telah dimainkan sejak Dinasti Han Timur (206 SM hingga 220 M).
Dia mulai bermain tujuh atau delapan tahun yang lalu. “Kok berbulu adalah olahraga, dan selagi berolahraga, ia menjadi jembatan persahabatan karena orang asing dapat bertemu dan menjadi teman baik,” ujarnya.
Lao Fan melihat manfaat lain: dengan tetap sehat melalui Jianzi, anak-anaknya jadi kurang khawatir tentang dirinya.
“Ini situasi yang saling menguntungkan bagi semua orang,” katanya.