Bagaimana Musk memperkenalkan 4chan ke politik Amerika Serikat | Elon Musk

In recent days, reports from US media have indicated that billionaire Elon Musk will be stepping back from his prominent role in President Donald Trump’s administration. This decision comes after his highly publicized leadership of the unofficial agency DOGE (Department of Government Efficiency) and various political endeavors, including a failed campaign to elect a conservative judge to a vacant Supreme Court seat in Wisconsin.

The specifics of Musk’s departure are still uncertain, but one thing is clear: his legacy will extend far beyond the disruption caused by DOGE. Musk’s online and offline behavior has introduced toxic and cynical politics from the fringes of the internet into the highest echelons of power in the United States.

A notable incident was Musk’s Nazi gesture at an event following Trump’s inauguration, which he later dismissed as humor and denied any Nazi salute. Musk’s online persona, including his use of Nazi-themed jokes and references to 4chan, has stirred controversy and raised concerns about his influence on mainstream politics.

4chan, a website known for its anonymous sharing of text and image messages, has become a hub for fringe political views mixed with humor. Musk’s association with 4chan and his adoption of its memes have further blurred the lines between online extremism and real-world politics.

The practice of “trolling” – engaging in provocative behavior for humorous or disruptive purposes – has been a hallmark of Musk’s approach to politics. By using humor to deflect criticism and normalize controversial actions, Musk and his followers have shifted the boundaries of acceptable discourse and promoted far-right ideologies.

MEMBACA  Perang Gaza yang 'paling gelap' sedang terjadi di utara, kata Perserikatan Bangsa-Bangsa

The rise of online subcultures, fueled by memes and ironic humor, has reshaped political discourse in the US. From the Obama campaign’s viral posters to Kamala Harris’s reliance on empty memes, politicians have increasingly turned to internet culture to engage with voters, often at the expense of substantive policy discussions.

As the US faces pressing challenges such as economic inequality, climate change, and geopolitical conflicts, the focus on superficial messaging and online trends has failed to address the needs of the populace. Politics, many argue, should be about more than just memes and entertainment – it should be a serious and meaningful endeavor to address real-world issues. Ini adalah pelajaran yang seharusnya juga dijadikan perhatian oleh masyarakat luas, terutama mereka yang mengunggah kembali salam terkenal Musk sebagai bentuk satire atau ejekan. Meskipun banyak yang mungkin percaya bahwa mereka mencemarkan nama baiknya dengan menambahkan penghinaan atau lelucon padanya, sebenarnya mereka membantu menyebarkan dan melegitimasi tindakan itu sendiri sebagai sebuah spektakel.

Saatnya untuk mengakui bahwa kita tidak bisa mememe jalan keluar dari fasis. Satu-satunya cara untuk mengalahkan troll fasis adalah dengan menolak untuk masuk ke dalam arena, menolak untuk bermain dengan aturan mereka. Yaitu, untuk menegaskan bahwa diskusi dan tindakan harus didasarkan pada kenyataan, menolak semua pengaburan mereka dan membangun kekuatan nyata (di luar jaringan) untuk menolak kebangkitan sayap kanan jauh.

Ini tentu bukan tugas yang mudah, terutama ketika sayap kanan jauh telah masuk ke dalam ruang kekuasaan tertinggi di AS dan telah membuat kemajuan yang kuat di Amerika Selatan dan Eropa. Perkawinan wacana dan simbolisme sayap kanan jauh yang sejalan dengan perebutan kekayaan yang belum pernah terjadi sebelumnya oleh kelas miliarder dan otoritarianisme yang semakin meningkat dalam negara-negara tersebut telah membuat banyak orang terjerumus ke dalam keputusasaan dan keputusasaan.

MEMBACA  Kebijakan 'Amerika pertama' Trump mempersulit bisnis pembuatan mobil | Berita Bisnis dan Ekonomi

Sebagai tanggapan terhadap kebangkitan tokoh seperti Musk, kita memerlukan jenis harapan yang diberi politik kembali untuk melawan keputusasaan yang disengaja yang memberi makan sayap kanan jauh. Kita memerlukan harapan yang tulus yang berakar pada pengakuan bahwa kita tidak bisa tidak melakukan apa-apa dan bahwa ada cara untuk melawan melalui aksi kolektif, membangun alternatif baru, dan merangkul visi baru tentang masa depan.

Pendapat yang terdapat dalam artikel ini adalah pendapat penulis sendiri dan tidak selalu mencerminkan sikap editorial Al Jazeera.