Tarif Presiden AS Donald Trump Mulai Berlaku 1 Agustus
Tarif baru Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, akan efektif mulai 1 Agustus. Kebijakan ini menandai eskalasi besar dalam perdagangan AS, yang berpotensi menaikkan harga bagi konsumen dan memberi dampak finansial lebih berat bagi perusahaan.
Awalnya, Trump menunda "tarif timbal balik" yang diumumkan pada 2 April, memberi waktu bagi negara-negara untuk merundingkan kesepakatan dagang dengan AS.
Minggu lalu, Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick menegaskan bahwa tarif 1 Agustus adalah "batas waktu mutlak".
Apa Saja Tarif 1 Agustus?
Beberapa negara akan dikenakan serangkaian tarif mulai 1 Agustus. Meski situasi masih dinamis, tarif yang berlaku beragam—mulai dari 15% untuk Jepang dan Uni Eropa hingga 50% untuk Brasil.
Negara-Negara yang Berhasil Capai Kesepakatan Menit Terakhir
Trump telah menyepakati beberapa perjanjian dagang bilateral dalam beberapa hari terakhir.
- Uni Eropa: AS memperoleh pembelian energi senilai $750 miliar dan pengurangan tarif baja melalui sistem kuota. Sebagai gantinya, AS menurunkan tarif mobil dari 30% menjadi 15%, dengan tarif serupa untuk farmasi dan semikonduktor.
- Jepang: Berkomitmen investasi $550 miliar di industri AS seperti semikonduktor, AI, dan energi. Jepang juga menaikkan impor beras dengan kuota bebas bea 100.000 ton serta membeli komoditas AS seperti etanol, pesawat, dan produk pertahanan.
- Indonesia: Dilaporkan setuju membuka akses bebas bea untuk banyak produk AS dan meningkatkan impor energi serta pertanian, meski Jakarta baru mengonfirmasi pemotongan tarif dan pembelian komoditas utama sejauh ini.
- Inggris: Mendapat manfaat ekspor aerospace dan otomotif, sementara memberikan kuota daging sapi bea bea dan etanol 1,4 miliar liter kepada AS.
- China: Tarif timbal baliknya dipotong dari 145% ke tarif dasar 10% seperti negara lain. Ada juga tarif hukuman 20% untuk perdagangan fentanil. Penundaan tarif akhir diperpanjang hingga 12 Agustus sementara kedua negara menyelesaikan perundingan. China merespons dengan memangkas tarif dan melonggarkan hambatan non-tarif, termasuk ekspor rare earth dan penerimaan pesawat Boeing.
Kesepakatan dengan Filipina, Kamboja, dan Vietnam juga mencakup penyesuaian tarif dan akses pasar, meski belum semua disahkan pemerintah setempat.
Sektor yang Paling Terdampak
Menurut pelacak Reuters, sektor otomotif, maskapai penerbangan, dan importir barang konsumen paling terpengaruh ancaman tarif Trump pada kuartal pertama.
Tarif aluminium dan elektronik (seperti semikonduktor) meningkatkan biaya produksi.
"Ketika tarif mencapai 20% atau lebih, perusahaan mungkin berhenti impor sama sekali," jelas Joseph Foudy, profesor ekonomi di NYU Stern. "Mereka menunda keputusan besar, pengurangan perekrutan, dan aktivitas ekonomi melambat."
Ekonom sepakat bahwa dampak penuh tarif belum terasa karena banyak bisnis telah mempersiapkan stok sebelumnya.
Analisis BBVA Research memperkirakan tarif AS saat ini—termasuk tarif dasar 10% dan tarif tinggi untuk mobil serta baja—bisa memperlambat pertumbuhan ekonomi global sebesar 0,5% dalam jangka pendek dan lebih dari 2% dalam jangka menengah.
Apakah Harga Sudah Naik?
Laporan HBS Pricing Lab menunjukkan harga produk AS dan impor sempat turun musiman hingga awal Maret, dengan penurunan lebih besar di produk impor. Tarif 10% pertama untuk barang China (4 Februari) berdampak kecil, tetapi harga naik setelah tarif lebih luas diberlakukan 4 Maret, termasuk tarif 25% untuk impor Kanada-Meksiko dan tambahan 10% untuk China. Harga barang impor melonjak 1,2 poin, sementara produk domestik naik separuhnya.
Setelah pengumuman tarif global 10% (2 April) dan 145% untuk China (10 April), harga impor melonjak lebih tajam. Ada penurunan singkat usai pemotongan tarif China pada 12 Mei, tetapi tren kenaikan berlanjut pada Juni. Secara keseluruhan, harga impor naik sekitar 3% sejak Maret—lebih rendah dari kenaikan tarif.
Apakah Tarif Menghasilkan Pendapatan?
Tarif Trump telah menghasilkan pendapatan dari bea yang dibayar importir. Data Departemen Keuangan AS menunjukkan, dari 2 Januari hingga 25 Juli, AS mengumpulkan $124 miliar dari tarif—naik 131% dibanding periode sama tahun lalu.
Awal Juli, Menteri Keuangan Scott Bessent memperkirakan pendapatan ini bisa mencapai $300 miliar pada akhir 2025 seiring percepatan penerapan kebijakan perdagangan Trump.