Penyelenggara flotilla pro-Palestina yang berharap mengangkut bantuan ke Gaza menyatakan pada Selasa (25/6) malam bahwa salah satu kapal mereka menjadi sasaran serangan drone saat berlabuh di perairan Tunisia. Ini merupakan serangan kedua terhadap flotilla dalam kurun sekitar 24 jam.
Global Sumud Flotilla, yang berangkat dari Barcelona pekan lalu dengan ratusan aktivis di dalamnya—termasuk Greta Thunberg—mengatakan bahwa Alma “diserang oleh drone” dan “menderita kerusakan akibat kebakaran di geladak atas.”
Kelompok tersebut dalam pernyataannya pada Selasa malam menyebutkan bahwa api telah berhasil dipadamkan dan seluruh kru serta penumpang dalam keadaan selamat.
Flotilla merilis video di kanal media sosialnya pada Rabu (26/6) dini hari yang memperlihatkan kilatan cahaya muncul dari langit dan menghantam kapal, sehingga menyebabkan kebakaran. Mereka juga mengunggah video yang diklaim menunjukkan kerusakan akibat drone di geladak atas.
“Ini menandai serangan kedua dalam dua hari,” ungkap kelompok tersebut dalam sebuah pernyataan.
“Serangan berulang ini terjadi di tengah eskalasi agresi Israel terhadap rakyat Palestina di Gaza, dan merupakan upaya terkoordinir untuk mengalihkan perhatian dan menggagalkan misi kami. Global Sumud Flotilla terus melaju tanpa gentar.
“Perjalanan damai kami untuk membobol blokade ilegal Israel atas Gaza dan berdiri dalam solidaritas tak tergoyahkan bagi rakyatnya terus berlanjut dengan tekad dan kebulatan hati.”
Sekitar 24 jam sebelumnya, satu kapal lain dari flotilla, yaitu Family, juga mengalami kerusakan di lepas pantai Tunisia dalam insiden yang disebut kelompok tersebut sebagai serangan drone.
Tidak ada korban luka yang dilaporkan dalam kasus ini juga. Menurut kelompok tersebut, kapal tersebut menderita kerusakan akibat kebakaran di geladak utama dan ruang penyimpanan di bawah geladak.
Otoritas Tunisia pada hari Selasa, memberikan komentar mengenai insiden sebelumnya, menolak klaim adanya serangan drone dan menyatakan bahwa kebakaran di kapal disebabkan oleh jaket pelampung yang terbakar.
Mengutip Kementerian Dalam Negeri, kantor berita negara Tunisia, TAP, melaporkan bahwa pasukan keamanan menyelidiki kebakaran di Family dan menentukan bahwa api berasal dari jaket pelampung yang terbakar akibat puntung rokok atau korek api.
Tidak ada korban jiwa atau kerusakan properti, selain beberapa jaket pelampung yang hangus terbakar, demikian laporan agensi tersebut.
Namun, flotilla mempublikasikan video di media sosial yang menunjukkan suatu objek yang tampak seperti bahan pembakar menghantam kapal.
Francesca Albanese, Pelapor Khusus PBB untuk wilayah Palestina yang diduduki, menyatakan mengenai insiden sebelumnya bahwa hal tersebut menimbulkan “keterkejutan” dan memperingatkan bahwa flotilla telah menghadapi berbagai ancaman, termasuk dari Israel.
Dia juga menyoroti “sejarah serangan terhadap flotilla.”
Dalam konferensi pers usai insiden, salah satu aktivis yang berada di atas kapal yang disasar menggambarkan bahwa mereka mendengar suara drone.
“Saya berada di geladak di bagian belakang kapal, dan saya mendengar suara drone,” ujarnya. “Saya keluar dari perlindungan geladak untuk melihat sebuah drone melayang sekitar 3 atau 4 meter di atas kepala saya, lalu memanggil rekan-rekan kru saya.”
“Kami berdua berdiri di sana dengan drone tersebut, persis 3 atau 4 meter di atas kepala kami,” tambahnya. “Kemudian kami melihat drone itu bergerak ke bagian depan geladak. Ia berada beberapa detik di atas tumpukan jaket pelampung lalu menjatuhkan sebuah bom. Bom itu meledak dan muncul nyala api yang besar.”
Global Sumud Flotilla bertujuan untuk menerobos blokade laut Israel di pesisir Gaza guna menyalurkan bantuan kemanusiaan kepada penduduk di wilayah yang dilanda perang tersebut. “Sumud” berarti ketabahan atau kegigihan dalam bahasa Arab.
Penyelenggara menyatakan bahwa ini merupakan aksi terbesar yang pernah dilakukan sejauh ini.
Israel di masa lalu telah menggagalkan sejumlah upaya untuk menerobos blokade lautnya. Upaya oleh sebuah kapal Italia pada bulan Juli juga dicegah.
Thunberg, aktivis iklim asal Swedia, berpartisipasi dalam pelayaran serupa di atas kapal Madleen awal tahun ini sebagai bagian dari Koalisi Freedom Flotilla.
Pada bulan Mei, aktivis dari koalisi tersebut melaporkan adanya serangan drone di dekat pulau Mediterania, Malta.
Pasukan Israel membordir Madleen pada jarak 200 kilometer dari pantai Gaza pada tanggal 9 Juni dan membawanya ke Ashdod, sebuah pelabuhan Israel di sebelah utara wilayah tersebut. Thunberg dan aktivis lainnya kemudian dideportasi.