Reuters
Jumat malam menyaksikan Israel dan Iran saling melancarkan serangan udara.
Untuk sementara, pertikaian antara Israel dan Iran tampak terbatas pada kedua negara. Di Perserikatan Bangsa-Bangsa dan di tempat lain, telah banyak seruan untuk menahan diri.
Tapi bagaimana jika seruan itu diabaikan? Bagaimana jika pertikaian eskalasi dan meluas?
Berikut beberapa skenario terburuk yg mungkin terjadi.
Amerika terseret
Meski AS menyangkal, Iran jelas percaya bahwa pasukan Amerika mendukung—atau setidaknya diam-diam mendukung—serangan Israel.
Iran bisa menargetkan aset AS di Timur Tengah—seperti kamp pasukan khusus di Irak, pangkalan militer di Teluk, dan misi diplomatik di wilayah itu. Kelompok proxy Iran—Hamas dan Hezbollah—mungkin sudah melemah, tetapi milisi pendukungnya di Irak masih bersenjata lengkap.
AS khawatir akan serangan semacam ini dan telah menarik sebagian personelnya. Dalam pesan resmi, AS telah memperingatkan Iran tentang konsekuensi serangan terhadap target Amerika.
Apa yang terjadi jika warga AS tewas, misalnya, di Tel Aviv atau tempat lain?
Donald Trump mungkin terpaksa bertindak. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu lama dituduh ingin menyeret AS untuk membantunya mengalahkan Iran.
Analis militer menyatakan hanya AS yang memiliki pesawat pengebom dan bom penghancur bunker yang bisa menembus fasilitas nuklir Iran terdalam, terutama di Fordow.
Trump berjanji pada pendukung MAGA-nya bahwa ia tidak akan memulai “perang abadi” di Timur Tengah. Namun, banyak Republik yang mendukung pemerintah Israel dan pandangannya bahwa sekaranglah waktu untuk mengupayakan perubahan rezim di Tehran.
Tapi jika AS terjun langsung dalam pertempuran, itu akan menjadi eskalasi besar dengan konsekuensi panjang dan berpotensi menghancurkan.
Negara-negara Teluk terseret
Jika Iran gagal melumpuhkan target militer Israel yang terlindungi, mereka bisa mengarahkan misilnya ke target lebih lunak di Teluk—terutama negara yang diyakini Iran telah membantu musuhnya selama ini.
Banyak target energi dan infrastruktur di wilayah ini. Ingat, Iran dituduh menyerang ladang minyak Arab Saudi pada 2019, dan kelompok Houthi-nya menyerang target di UAE pada 2022.
Sejak itu, ada rekonsiliasi antara Iran dan beberapa negara di wilayah ini.
Tapi negara-negara ini menjadi tuan rumah bagi pangkalan udara AS. Beberapa juga—diam-diam—membantu Israel menghadang serangan misil Iran tahun lalu.
Jika Teluk diserang, mereka mungkin juga meminta pesawat tempur AS datang membela mereka, selain Israel.
**Reuters**
Seorang demonstran memegang poster dalam protes menentang serangan Israel ke Iran di New York
Israel gagal hancurkan kemampuan nuklir Iran
Bagaimana jika serangan Israel gagal? Bagaimana jika fasilitas nuklir Iran terlalu dalam dan terlindungi? Bagaimana jika 400kg uranium yang diperkaya 60%—bahan bakar nuklir yang tinggal selangkah lagi menjadi senjata, cukup untuk sepuluh bom—tidak hancur?
Diduga, uranium itu tersembunyi di tambang rahasia. Israel mungkin membunuh beberapa ilmuwan nuklir, tetapi tidak ada bom yang bisa menghancurkan pengetahuan dan kepakaran Iran.
Bagaimana jika serangan Israel meyakinkan pemimpin Iran bahwa satu-satunya cara mencegah serangan lebih lanjut adalah dengan mempercepat pengembangan senjata nuklir?
Bagaimana jika pemimpin militer baru lebih nekad dan kurang hati-hati dibanding pendahulunya?
Paling tidak, ini bisa memaksa Israel melakukan serangan lagi, menjebak wilayah ini dalam lingkaran serang-balas. Orang Israel punya istilah brutal untuk strategi ini: “memotong rumput.”
Guncangan ekonomi global
Harga minyak sudah melambung.
Bagaimana jika Iran mencoba menutup Selat Hormuz, membatasi pergerakan minyak lebih lanjut?
Bagaimana jika—di sisi lain Jazirah Arab—kelompok Houthi di Yaman menggiatkan serangan terhadap kapal di Laut Merah? Mereka adalah sekutu proxy terakhir Iran yang dikenal tak terduga dan berani mengambil risiko tinggi.
Banyak negara sudah menghadapi krisis biaya hidup. Kenaikan harga minyak akan memperburuk inflasi dalam sistem ekonomi global yang sudah terbebani oleh perang tarif Trump.
Dan jangan lupa, satu orang yang diuntungkan dari kenaikan harga minyak adalah Presiden Putin—yang tiba-tiba melihat miliaran dolar mengalir ke kas Kremlin untuk membiayai perangnya di Ukraina.
Rezim Iran jatuh, meninggalkan kekosongan
Bagaimana jika Israel berhasil meruntuhkan rezim revolusioner Islam di Iran—tujuan jangka panjang mereka?
Netanyahu mengklaim tujuannya adalah menghancurkan kemampuan nuklir Iran. Tapi dalam pernyataannya kemarin, ia menyebut tujuan lebih luas: perubahan rezim.
Ia mengatakan pada “rakyat Iran yang bangga” bahwa serangannya “membuka jalan bagi kalian meraih kebebasan” dari apa yang ia sebut “rezim jahat dan opresif.”
Menjatuhkan pemerintah Iran mungkin menarik bagi sebagian orang di wilayah ini, terutama Israel. Tapi kekosongan apa yang akan ditinggalkannya? Konflik sipil seperti apa yang akan terjadi?
Banyak yang masih ingat apa yang terjadi pada Irak dan Libya ketika pemerintah pusat yang kuat dijatuhkan.
Jadi, banyak tergantung pada perkembangan perang ini dalam beberapa hari ke depan.
Bagaimana—dan seberapa keras—Iran akan membalas? Dan seberapa besar AS bisa menahan Israel?
Pada jawaban dua pertanyaan itulah banyak hal bergantung.