Amerika Serikat Sebut Hamas Rencanakan Serangan ‘Segera’ kepada Warga Sipil

Departemen Luar Negeri AS menyatakan memiliki “laporan kredibel” bahwa Hamas merencanakan serangan “segera” terhadap warga sipil di Gaza, yang menurut mereka akan melanggar kesepakatan gencatan senjata.

Sebuah pernyataan yang dirilis pada Sabtu menyebutkan bahwa serangan terencana terhadap warga Palestina akan menjadi pelanggaran “langsung dan serius” terhadap persetujuan gencatan senjata serta “merongrong kemajuan signifikan yang telah dicapai melalui upaya-upaya mediasi”.

Departemen Luar Negeri tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai serangan tersebut dan tidak jelas laporan mana yang mereka kutip.

Fase pertama kesepakatan gencatan senjata antara Hamas dan Israel saat ini sedang berlangsung—seluruh sandera yang masih hidup telah dibebaskan dan jenazah almarhum masih terus dipulangkan ke Israel.

Sebagai bagian dari perjanjian, Israel juga telah membebaskan 250 tahanan Palestina di penjaranya serta 1.718 orang yang ditahan dari Gaza.

Washington menyatakan telah menginformasikan kepada para penjamin lain perjanjian perdamaian Gaza—yang meliputi Mesir, Qatar, dan Turki—serta menuntut Hamas untuk menepati komitmennya dalam syarat-syarat gencatan senjata.

“Seandainya Hamas melanjutkan serangan ini, langkah-langkah akan diambil untuk melindungi masyarakat Gaza dan menjaga integritas gencatan senjata,” demikian bunyi pernyataan tersebut.

Hamas belum memberikan komentar mengenai pernyataan ini.

Presiden Donald Trump sebelumnya telah memperingatkan Hamas agar tidak membunuh warga sipil.

“Jika Hamas terus membunuh orang di Gaza, yang bukan merupakan bagian dari Kesepakatan, kami tidak punya pilihan selain masuk dan membunuh mereka,” ujar Trump dalam sebuah unggahan di Truth Social awal pekan ini.

Ia kemudian mengklarifikasi bahwa dirinya tidak akan mengirimkan pasukan AS ke Gaza.

Pekan lalu, BBC Verify mengonfirmasi keaslian video grafis yang memperlihatkan eksekusi publik yang dilakukan oleh para milisi Hamas di Gaza.

MEMBACA  Kolombia Sebut Warga Desa yang Taat Perintah Kelompok Pemberontak Culik 34 Tentara

Video tersebut menampilkan beberapa pria bersenjata menyusun delapan orang, yang tangannya diikat di belakang punggung, sebelum membunuh mereka di sebuah alun-alun yang ramai.

BBC Verify tidak dapat mengonfirmasi identitas para milisi bertopeng, meski beberapa di antaranya tampak mengenakan ikat kepala hijau yang dikaitkan dengan Hamas.

Pada hari Sabtu, Israel menyatakan telah menerima dua jenazah lagi dari Gaza yang menurut Hamas merupakan sandera, meski identitas mereka belum dikonfirmasi secara resmi.

Sejauh ini, jenazah 10 dari 28 sandera yang meninggal telah dikembalikan ke Israel.

Secara terpisah pada hari Sabtu, 11 anggota dari satu keluarga Palestina tewas akibat tembakan tank Israel, menurut kementerian pertahanan sipil yang dikelola Hamas, dalam insiden tunggal paling mematikan yang melibatkan tentara Israel di Gaza sejak dimulainya gencatan senjata.

Militer Israel menyatakan bahwa para prajurit menembak “kendaraan mencurigakan” yang melintasi apa yang disebut garis kuning yang menandai area yang masih diduduki oleh pasukan Israel di Gaza.

Tidak ada penanda fisik dari garis ini, dan tidak jelas apakah bus tersebut benar-benar melintasinya. BBC telah meminta koordinat insiden tersebut dari IDF.

Militer Israel melancarkan kampanye di Gaza sebagai tanggapan atas serangan 7 Oktober 2023, di mana milisi yang dipimpin Hamas membunuh sekitar 1.200 orang di Israel selatan dan membawa 251 lainnya sebagai sandera.

Setidaknya 68.000 orang telah tewas akibat serangan Israel di Gaza sejak saat itu, menurut kementerian kesehatan yang dijalankan Hamas, yang datanya dianggap andal oleh PBB.

Pada bulan September, sebuah komisi penyelidikan PBB menyatakan bahwa Israel telah melakukan genosida terhadap warga Palestina di Gaza. Israel menolak laporan tersebut secara kategoris sebagai “terdistorsi dan palsu”.

MEMBACA  Relawan Tewas saat Jumlah Korban Perang Rusia Melampaui 70.000