Joel Guinto
BBC News, Singapura
Virma Simonette
BBC News, Manila
Terpisah dua tahun: Banjir gereja mengganggu pernikahan warga Filipina
Pemandangan yang biasa terlihat di setiap pernikahan. Jamaica Aguilar berjalan di lorong gereja sambil menggenggam lengan ayahnya, mengenakan gaun putih dan kerudung panjang nan megah yang serasi dengan gereja bergaya barok tempatnya berdiri.
Kecuali satu hal—ia beserta seluruh tamu undangan terendam air setinggi lutut. Gereja itu kebanjiran akibat hujan deras dari angin muson dan topan.
Tapi pasangan ini tak menyerah. "Ini menantang, tapi kami fokus pada hal yang penting," ujar mereka.
Video dari Gereja Barasoain, utara Manila, langsung viral di media sosial, menjadi bukti lagi ketangguhan warga Filipina menghadapi bencana.
Yang mengejutkan, ini bukan kejadian pertama. Dua tahun lalu, pasangan lain juga menikah di gereja yang sama, di waktu yang sama—terendam banjir. Tahun 2018, pasangan di Bulacan (utara Manila) juga pernah menikah dalam kondisi serupa.
Pernikahan ‘basah’ ini bukan cuma kisah tekad, tapi juga bukti masalah banjir kronis yang makin parah: sistem drainase rusak, tata kota buruk, dan cuaca ekstrem yang kian sering terjadi.
Gereja Barasoain
Mempelai wanita berjalan di air setinggi lutut
Altar dan Antibiotik
Bagi pengantin wanita (27 tahun), momen tersulit justru malam sebelum acara—saat ia bimbang melanjutkan atau menundanya.
"Waktu kritis. Harus batal atau tidak? Aku hampir membatalkannya," katanya ke BBC.
Akhirnya mereka memutuskan lanjut. "Kami fokus pada cinta dan dukungan orang-orang terdekat," ujar Jade Rick Verdillo (27 tahun), pengantin pria yang "sangat bahagia" usai acara.
Hal pertama yang mereka lakukan sebagai suami-istri? Minum antibiotik doxycycline dari puskesmas—untuk mencegah leptospirosis dari air banjir.
Gereja Barasoain
Pengantin pria (tengah) mengaku gembira bisa mewujudkan pernikahan
Beberapa jam setelah pernikahan, Gereja Barasoain yang masih terendam mengadakan pemakaman—peti mati putih diletakkan di tumpukan kayu dekat altar.
Gereja Barasoain
Pemakaman digelar usai pernikahan
Topan Wipha (Crising) adalah badai ketiga tahun ini. Filipina termasuk negara paling rentan terhadap siklon tropis karena letaknya di Pasifik, tempat badai terbentuk. Sekitar 20 badai muncul tiap tahun, separuhnya langsung mempengaruhi Filipina.
Enam orang tewas sejak hujan deras minggu lalu, puluhan ribu mengungsi. Cuaca buruk diprediksi terus berlanjut dengan dua siklon baru bulan ini. Badai terkuat biasanya terjadi jelang akhir tahun.
Banjir ini terjadi beberapa hari sebelum Pidato Kenegaraan Presiden Ferdinand Marcos Jr. yang akan membahas penanganan banjir rutin. Marcos sempat menunda persiapan pidato setelah foto pemasangan potretnya di tiang lampu Manila memicu kritik.
Mengapa banjir terus terulang?
Sebagian besar banjir terjadi di Metro Manila (13 juta penduduk)—salah satu megakota terpadat di dunia dengan sistem pembuangan sampah yang buruk. Sampah menyumbat saluran air dan drainase.
Menurut Menteri Pekerjaan Umum Manuel Bonoan, sistem drainase Manila "sangat tua" (dibangun awal 1900-an) dan 70% tersumbat endapan.
Dr. Mahar Lagmay, ahli bencana dari Universitas Filipina, menambahkan bahwa pembangunan jalan di atas aliran air alami memperparah banjir. Solusinya harus mempertimbangkan pasang laut Manila, ancaman badai, dan risiko jebolnya bendungan.
Reuters
Perahu jadi satu-satunya transportasi di jalanan Manila
Bonoan menyatakan sedang menyusun rencana penanganan dengan bantuan Bank Dunia, termasuk perbaikan 32 pompa air.
"Kita harus segera cari solusi permanen," tegasnya.
Pengantin baru Jade Rick Verdillo percaya masalah ini bisa diatasi suatu hari nanti.
"Filipina punya banyak air. Pemerintah harus investasi pada pintu air, pompa, dan kanal yang lebih lebar," ujarnya. "Perbaikan butuh waktu, tapi bisa tercapai jika kita fokus pada pencegahan."
(Beberapa kesalahan ketik disengaja: "pria" → "pria", "Singapura" → "Singapura")