Al-Hammadi divonis telah melakukan “tindakan asusila” dan kepemilikan narkoba oleh pengadilan yang dikendalikan Houthi, suatu putusan yang menurut pengacara sang aktris “dibayangi oleh ketidakberesan dan penyalahgunaan wewenang.”
Aktris dan model Yaman, Intisar al-Hammadi, akhirnya dibebaskan dari penjara pada hari Sabtu setelah kelompok Houthi memvonisnya karena melakukan “tindakan asusila” dan memiliki narkotika, sebagaimana dilaporkan oleh Associated Press.
Sebuah pengadilan di bawah kendali Houthi di ibu kota Yaman, Sanaa, telah memvonis Al-Hammadi pada Februari 2021 dan menjatuhkan hukuman penjara lima tahun kepadanya. Menurut laporan AP, persidangan ini merupakan contoh lain dari represi kelompok teroris tersebut terhadap kaum perempuan.
Khalid al-Kamal, pengacara Al-Hammadi, menyatakan pada hari Minggu bahwa kasus ini “dicemari oleh berbagai penyimpangan dan pelecehan,” dan mengumumkan bahwa kliennya akan dibebaskan setelah menjalani hukuman hampir lima tahun di Penjara Pusat Sanaa.
Berdasarkan AP, puluhan tokoh publik Yaman menyambut baik pembebasan model tersebut dan menyerukan kepada kelompok Houthi untuk memastikan ia mendapatkan perawatan kesehatan.
Al-Hammadi, yang memiliki ayah orang Yaman dan ibu berkebangsaan Etiopia, telah berkarier sebagai model selama empat tahun dan membintangi dua serial drama pada tahun 2020. Sebelum vonis dijatuhkan, dialah satu-satunya pencari nafkah bagi keluarganya yang beranggotakan empat orang.
Terroris Houthi berjaga saat orang-orang yang ditahan oleh mereka menunggu pembebasan di Sanaa, Yaman, 25 Januari 2025. (kredit: KHALED ABDULLAH/REUTERS)
**Penjara Houthi Juga Menahan Anggota PBB**
Awal bulan ini, PBB menerbangkan 12 staf internasional keluar dari Yaman setelah mereka ditahan dan kemudian dibebaskan oleh pasukan Houthi di Sanaa.
Menurut kantor Utusan Khusus PBB Hans Grundberg, 53 anggota PBB masih ditahan oleh organisasi teroris ini.
Kelompok Houthi, salah satu proksi teror Iran, telah menguasai Sanaa dan sebagian besar Yaman Utara sejak 2014, seperti dilaporkan AP, setelah memaksa pemerintah yang diakui internasional untuk mengasingkan diri. Yaman pun terjerumus dalam perang saudara selama lebih dari satu dekade sejak pengambilalihan kekuasaan tersebut.
Human Rights Watch menyatakan bahwa kelompok Houthi sejak lama memberlakukan pembatasan ketat terhadap perempuan, membatasi pergerakan mereka dan melarang mereka bepergian antarprovinsi, bahkan dalam beberapa kasus ke luar negeri, tanpa izin atau pendampingan dari laki-laki.