Aktivis pro-perang Rusia akan diadili atas dugaan pelanggaran terorisme, kata agensi berita Rusia.

Seorang aktivis pro-perang Rusia dan kritikus Presiden Vladimir Putin, Sergei Udaltsov, akan ditahan hingga 15 Februari oleh pengadilan Rusia atas tuduhan “membenarkan terorisme,” kata kantor berita negara Ria Novosti pada Jumat.

Udaltsov mengatakan kepada Ria Novosti bahwa tuduhan tersebut terkait dengan postingannya yang mendukung anggota kelompok Marxis yang ditangkap karena membentuk “komunitas teroris” di kota Ufa, sekitar 1.400 kilometer timur Moskow.

Ria Novosti mengatakan bahwa tuduhan terhadap Udaltsov bisa mengakibatkan hukuman penjara selama lima hingga tujuh tahun.

Udaltsov adalah pemimpin Front Kiri, sekelompok partai politik yang menentang Putin dan berafiliasi dengan Partai Komunis.

Ia menjadi tokoh terkenal selama protes 2011-2012 yang menyaksikan demonstrasi terbesar di Rusia sejak runtuhnya Uni Soviet, dan sempat bersekutu dengan politikus oposisi yang kini dipenjara, Alexei Navalny.

Meskipun banyak aktivis, pengacara, dan tokoh oposisi telah ditahan dan dipenjara di Rusia sejak invasi Ukraina, Udaltsov menonjol karena dia mendukung perang dan aneksasi Crimea, sambil tetap kritis terhadap Putin.

Pada hari Kamis, Udaltsov menulis di saluran media sosial Telegram-nya bahwa polisi mengetuk pintu rumahnya untuk melakukan penggeledahan.

Pengacaranya, Violetta Volkova, mengatakan kepada kantor berita Tass bahwa perangkat elektronik disita dan kasus kriminal dibuka terhadap Udaltsov atas tuduhan “membenarkan terorisme”.

Pada bulan Desember, pengadilan Moskow menjatuhkan hukuman 40 jam kerja wajib kepada Udaltsov karena melanggar prosedur terkait penyelenggaraan unjuk rasa setelah dia ditahan di Lapangan Merah, di mana dia mencoba membentangkan bendera dengan gambar diktator Soviet Josef Stalin, kata Tass.

Udaltsov sebelumnya dipenjara pada tahun 2014 dan dijatuhi hukuman 4,5 tahun atas tuduhan terkait peranannya dalam mengorganisir demonstrasi tahun 2012 menentang Putin yang berujung kekerasan. Ia protes dengan melakukan mogok makan sebelum akhirnya dibebaskan pada tahun 2017.

MEMBACA  Saya orang Singapura! CEO TikTok membantah adanya hubungan dengan Partai Komunis China.