Aktivis Britania-Mesir Dibebaskan, Dilarang Terbang ke Inggris Menurut Keluarga

Reuters

Alaa Abdel Fattah berbagi momen kebahagian bersama ibunya, Leila Souief (kiri), dan saudarinya, Sanaa Seif (kanan), setelah dibebaskan dari penjara pada bulan September.

Keluarga menyatakan bahwa aktivis pro-demokrasi berkewarganegaraan ganda Inggris-Mesir, Alaa Abdel Fattah, dicegah untuk terbang ke Inggris oleh pihak kontrol paspor Mesir awal pekan ini.

Tn. Abdel Fattah (43), yang merupakan tahanan politik paling ternama di Mesir hingga tujuh pekan silam, dibebaskan dari penjara setelah mendapat grasi dari Presiden Abdul Fattah al-Sisi.

Ia mencoba terbang ke London pada hari Selasa bersama saudarinya, Sanaa, namun diberitahu oleh petugas di Bandara Internasional Kairo bahwa dirinya tak diizinkan untuk melakukan perjalanan.

"Mereka menghalanginya untuk naik pesawat dan saya harus pergi sendirian," ujar Sanaa kepada program Today BBC pada hari Jumat. Pemerintah Mesir belum memberikan komentar langsung.

"Mereka tidak banyak memberi penjelasan. Pengacara-pengacara kami di Mesir sedang berusaha memahami dasar hukumnya," tutur Sanaa.

Ia menambahkan bahwa kakaknya memiliki paspor Inggris beserta paspor Mesir yang baru saja diperbarui.

"Saya mengira setelah pembaruan paspor Mesirnya, ia akan diizinkan (bepergian)."

Putra Alaa Abdel Fattah yang berusia 13 tahun, Khaled, tinggal bersama ibunya di Brighton, di mana ia bersekolah di sekolah kebutuhan khusus karena berada dalam spektrum autisme.

Khaled menghabiskan waktu sebulan mengunjungi ayahnya di Kairo pasca pembebasan dari penjara, namun kini telah kembali ke Inggris.

"Kami sangat senang (Alaa) kembali dalam hidup kami meski kebebasannya belum sepenuhnya, namun dia membutuhkan kebebasan berpindah untuk tinggal bersama putranya, bersatu dengannya secara layak," kata Nn. Seif.

Ia menambahkan: "Khaled membutuhkan ayahnya. Keponakan saya… sangat, sangat nyaman dengan sekolah dan kehidupannya di Brighton. Kami tidak bisa mengubahnya. Kami tidak bisa terus menciptakan ketidakstabilan."

MEMBACA  Perang Rusia-Ukraina: Daftar Peristiwa Penting, Hari ke-1.222 | Berita Perang Rusia-Ukraina

Nn. Seif menyebutkan bahwa Kantor Luar Negeri, Persemakmuran, dan Pembangunan Inggris (FCDO) telah berkomunikasi dengan keluarganya mengenai masalah ini, namun ia meminta agar kantor Perdana Menteri Sir Keir Starmer juga memberikan perhatian.

FCDO menyatakan dalam sebuah pernyataan: "Keputusan Presiden Sisi untuk memberikan grasi dan membebaskan Alaa Abdel Fattah merupakan kabar yang sangat menggembirakan dan sebuah langkah maju yang signifikan."

"Kami terus mendesak pada tingkat tertinggi kepada pemerintah Mesir untuk kepulangannya yang segera ke Inggris agar ia dapat bersatu kembali dengan keluarganya. Kasus ini tetaplah isu prioritas bagi pemerintah Inggris."

Pada Kamis malam, Alaa Abdel Fattah dan ibunya dianugerahi Penghargaan Magnitsky 2025 untuk kategori "Keteguhan dalam Tekanan". Sanaa harus menerima penghargaan tersebut mewakili mereka.

Tn. Abdel Fattah mulai mencuat namanya selama pemberontakan 2011 di Mesir yang memaksa Presiden Hosni Mubarak untuk mengundurkan diri setelah berpuluh tahun berkuasa.

Ia menghabiskan sebagian besar waktunya di penjara pasca tahun 2014, setahun setelah Sisi memimpin penggulingan militer terhadap presiden terpilih demokratis pertama Mesir, pemimpin Ikhwanul Muslimin Mohammed Morsi, menyusul protes anti-pemerintah.

Selama berkuasa, Sisi mengawasi apa yang disebut kelompok HAM sebagai tindakan pembersihan terhadap pembangkangan secara tak terdahulu yang menyebabkan penahanan terhadap ribuan orang.

Pada tahun 2015, pengadilan menjatuhkan hukuman penjara lima tahun kepada Tn. Abdel Fattah atas partisipasinya dalam sebuah unjuk rasa tanpa izin.

Pada September 2019, hanya enam bulan setelah dibebaskan bersyarat, ia kembali ditangkap dan ditahan sebagai tahanan praperadilan selama lebih dari dua tahun.

Ia dihukum pada Desember 2021 atas dakwaan "menyebarkan berita bohong" karena membagikan sebuah pos tentang seorang tahanan yang meninggal akibat penyiksaan dan mendapatkan hukuman lima tahun lagi menyusul persidangan yang dinilai kelompok HAM sangat tidak adil.

MEMBACA  Pemimpin Oposisi Senegal Dibebaskan dari Penjara Beberapa Hari Sebelum Pemilu

Ibunya yang berusia 68 tahun, Leila, memulai aksi mogok makan selama 287 hari pada September 2024 lalu sebagai protes atas pemenjaraannya. Ia kehilangan lebih dari 40% berat badan awalnya dan dua kali dirawat di rumah sakit di London.