Pemerintahan Presiden Donald Trump baru-baru ini mengajak para pemimpin Afrika untuk membakar lebih banyak bahan bakar fosil pemanas planet, terutama batu bara, yang paling kotor di antara semuanya. Pada saat yang bersamaan, mereka membatalkan pendanaan USAID, yang telah membantu jutaan orang miskin di Afrika bertahan hidup di tengah krisis iklim yang semakin memburuk.
Mereka yang memikirkan untuk menyelaraskan dengan agenda Trump sebaiknya ingat bahwa kekeringan, banjir, dan badai yang telah menghancurkan kehidupan dan mata pencaharian warga Afrika di seluruh benua telah dipercepat oleh kebijakan energi AS. AS sendiri telah menghasilkan sekitar seperempat dari semua emisi karbon dioksida historis sejak Revolusi Industri, yang sekarang bertanggung jawab atas pemanasan global yang semakin cepat.
Tidak hanya jalur pengembangan berbasis batu bara untuk Afrika akan menimbulkan lebih banyak penderitaan bagi warganya yang sudah tinggal di garis depan krisis iklim, tetapi juga akan menjadi bunuh diri secara ekonomi. Dampak ekonomi dari darurat iklim sudah mulai berdampak buruk pada Afrika, dan laporan tahun 2022 oleh yayasan Christian Aid menunjukkan bahwa di bawah lintasan iklim saat ini, negara-negara Afrika bisa mengalami penurunan pertumbuhan produk domestik bruto sebesar 64 persen pada tahun 2100.
Tidak ada alasan bagi Afrika untuk mengikat dirinya pada infrastruktur bahan bakar fosil kuno batu bara ketika benua ini diberkati dengan potensi spektakuler untuk mengembangkan energi terbarukan bersih.
Para advokat bahan bakar fosil AS akan senang melihat Afrika mengikuti jejak Global Utara, daripada melihat benua tersebut melompati era energi kotor dengan cara yang sama seperti melompati teknologi telepon kabel dan mengadopsi ponsel secara massal. Tapi orang Afrika seharusnya tahu lebih baik.
Tidak ada benua lain yang memiliki potensi energi angin dan surya yang belum dimanfaatkan seperti Afrika, dan ini tetap menjadi kunci bagi kemakmuran jangka panjangnya. Dari gurun yang diterpa sinar matahari di Afrika Utara hingga padang yang diterpa angin di Afrika Timur, benua ini memiliki sumber daya alam untuk menjadi pemimpin global dalam energi bersih. Negara-negara seperti Maroko, Kenya, dan Afrika Selatan sudah membuat kemajuan signifikan dalam pengembangan energi terbarukan, dengan proyek-proyek yang memanfaatkan energi surya, angin, geothermal, dan hidro.
Berinvestasi dalam energi terbarukan menawarkan banyak manfaat. Ini dapat meningkatkan akses energi bagi jutaan orang, menciptakan lapangan kerja, dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Proyek energi terbarukan seringkali lebih mudah ditingkatkan dan disesuaikan dengan kebutuhan lokal, menjadikannya ideal untuk elektrifikasi pedesaan dan inisiatif berbasis masyarakat.
Di sisi lain, batu bara telah menimbulkan biaya yang mengerikan bagi warga Afrika. Ini sering dianggap sebagai sumber energi murah dan dapat diandalkan, tetapi hal ini mengabaikan biaya tersembunyi dari degradasi lingkungan, dampak kesehatan, dan kerugian ekonomi secara keseluruhan dari krisis iklim. Selain itu, peralihan global menuju energi bersih berarti bahwa investasi dalam batu bara semakin berisiko dan kemungkinan besar akan menjadi aset terbengkalai.
Negara-negara Afrika harus menolak upaya pengaruh lobbi pendukung bahan bakar fosil Trump dan justru fokus pada membangun masa depan energi yang berkelanjutan. Ini memerlukan pendekatan multifaset, termasuk investasi dalam infrastruktur energi terbarukan, penguatan kerangka tata kelola dan kebijakan, dan mendorong kerjasama internasional.
Menginvestasikan dalam infrastruktur energi bersih sangat penting. Ini tidak hanya mencakup proyek berskala besar seperti taman surya dan ladang angin, tetapi juga sistem terdesentralisasi yang dapat membawa listrik ke komunitas yang tidak terhubung ke jaringan. Banyak negara di seluruh Afrika sudah memimpin dengan sistem surya berbasis masyarakat dan mikrogrid, dan inisiatif-inisiatif ini menunjukkan bagaimana energi terbarukan bisa menjadi ambisius dan pragmatis, mengatasi tantangan akses energi sambil mengurangi ketergantungan pada bahan bakar impor.
Memperkuat kerangka tata kelola dan kebijakan sama pentingnya. Pemerintah Afrika harus memprioritaskan adaptasi dan ketangguhan iklim dalam perencanaan perkotaan dan proses pembangunan mereka. Hal ini melibatkan integrasi pertimbangan iklim ke dalam semua proyek baru dan memastikan bahwa sumber daya dialokasikan di tempat yang paling dibutuhkan. Struktur tata kelola yang efektif dapat memungkinkan pelaksanaan strategi adaptasi iklim dan memastikan bahwa investasi dalam energi terbarukan berkelanjutan dan adil.
Kerjasama internasional dan dukungan juga sangat penting. Transisi energi bersih global menawarkan harapan baru bagi perkembangan ekonomi dan sosial Afrika. Negara-negara yang mewakili lebih dari 70 persen emisi CO2 global telah berkomitmen untuk mencapai emisi nol bersih pada pertengahan abad ini, termasuk beberapa negara Afrika. Komitmen ini dapat membantu menarik keuangan iklim dan teknologi, memungkinkan negara-negara Afrika mencapai tujuan pembangunan terkait energi mereka tepat waktu dan sepenuhnya.
Jalur Afrika menuju pembangunan ekonomi yang berkelanjutan terletak pada merangkul energi terbarukan dan bersih. Benua ini memiliki sumber daya alam dan semangat inovatif untuk menjadi pemimpin global dalam energi terbarukan, meningkatkan akses energi, menciptakan lapangan kerja, dan membalikkan krisis iklim. Dengan menolak upaya industri bahan bakar fosil untuk memperpanjang penggunaan batu bara, negara-negara Afrika dapat membangun masa depan yang tangguh dan makmur bagi rakyatnya.
Energi bersih bisa menjadi kisah sukses terbesar Afrika. Agar hal ini terjadi, para pemimpin Afrika tidak boleh mengikuti saran dari seorang presiden AS yang mengaku hanya peduli tentang “Amerika Pertama”.
Pendapat yang tertera dalam artikel ini adalah pendapat penulis sendiri dan tidak selalu mencerminkan sikap editorial Al Jazeera.