William F. Buckley dan Revolusi yang Tak Pernah Terjadi

Tetap update dengan info gratis

Cukup daftar ke Life & Arts myFT Digest—langsung dikirim ke email kamu.

William F Buckley mungkin jurnalis paling sukses sepanjang masa. Lewat tulisannya dan penampilannya di layar, dia bangun gerakan sayap kanan di Amerika yang masih bertahan sampe sekarang. Dari buku God and Man at Yale yang dia tulis umur 25 tahun sampe serangan Donald Trump ke universitas, garis perjuangannya jelas. Dia bikin konservatif lebih keras tapi juga jadi hiburan, bikin kaum liberal terlihat membosankan. (Berbeda jaman dulu saat Nixon dan Kennedy dianggap mewakili kedua sisi.) Biografi 1000+ halaman tentang Buckley oleh Sam Tanenhaus mungkin berlebihan, tapi nggak terlalu.

Satu kritik kecil: buku ini bilang "Revolusi yang Mengubah Amerika". Mengubah?

Meski menang di pemilu, sayap kanan Amerika kalah di hampir semua lini. Pernikahan sesama jenis udah legal didukung publik. Negara kesejahteraan tumbuh dari 5% ke 20% GDP sejak National Review didirikan. Imigran terus bertambah sejak 1970an. Anggota gereja turun. Pornografi merajalela, tapi fertilitas turun. Obamacare didukung 2:1. China "Merah" diakui (bikin Buckley sedih) dan sekarang saingan AS.

Apa hidup Buckley gagal? Cuma kalo kamu anggap "perubahan" tujuan sayap kanan.

Lebih dari 60 tahun, "revolusi" cuma menang di isu aborsi dan affirmative action, itupun baru-baru ini. Selebihnya kurang jelas. Pajak turun, tapi utang malah naik. Penurunan kriminalitas susah dilacak penyebabnya. Buckley mungkin senang konservatif sekarang lebih Katolik, tapi itu urusan internal. Gerakan ini dibahas dengan kagum—bahkan oleh lawannya—tapi pengaruhnya di Amerika nggak sebesar itu.

Mungkin keadaan lebih buruk (atau lebih baik, tergantung selera) tanpa mereka. Tapi jangan bilang ini revolusi. Paling jauh, cuma penghambat perubahan sosial. Lagipula, berapa banyak lagi kekalahan yang mungkin terjadi? Tanenhaus bijak nggak bahas pendapat Buckley soal Trump, tapi fakta konservatif dukung orang sembrono seperti Trump menunjukkan liberalisasi budaya. Keluhan konservatif soal universitas—sering beralasan—tunjukkan ketidakberdayaan mereka.

MEMBACA  Marriott memperkirakan laba tahun 2024 di bawah perkiraan karena permintaan di AS melambat. Oleh Reuters.

Aku sendiri anggap Buckley menang debat 1968 lawan Gore Vidal, yang terlalu sering pakai humor. Tapi jelas siapa yang lebih cocok di tahun 2020an.

Aku bilang ini sebagai orang yang berharap sayap kanan menang di beberapa isu. Asyik juga kalo bisa ke museum tanpa baca teori "struktur kekuasaan". Utang publik menunjukkan tuntutan terhadap negara kesejahteraan nggak sustainable. Tapi kalo ini masih terjadi setelah puluhan tahun kebangkitan konservatif, apa artinya? Menang pemilu dan pegang jabatan nggak sepenting itu. Bahkan kontrol media nggak bisa mengubah arah masyarakat, yang punya logika sendiri.

Akhirnya, apa hidup Buckley gagal? Cuma kalo kamu anggap "perubahan" tujuan sayap kanan. Aku nggak yakin itu. Solidaritas sering lahir dari kekalahan. Seperti Dunkirk di imajinasi Inggris, atau Long March di China Komunis. The Alamo menginspirasi yang kalah. Aku kenal banyak konservatif yang mungkin nggak akan puas menaklukkan "woke" seperti mereka puas melawannya. Kalo mereka menang total, di jaman individualis seperti sekarang, di mana lagi mereka bisa dapat kebersamaan dan tujuan? Gerakan itu sendiri tujuannya, dan mereka berhutang pada satu orang.

Email Janan di [email protected]

Dapatkan cerita terbaru kami lebih dulu—ikuti FT Weekend di Instagram, Bluesky, dan X, serta daftar buat terima newsletter FT Weekend setiap Sabtu pagi.