Gambar close-up Warren Buffett Gambar oleh mark reinstein via Shutterstock
Warren Buffett, dikenal sebagai "Oracle of Omaha" dan ketua Berkshire Hathaway (BRK.B) (BRK.A), selalu blak-blakan soal pendapatnya tentang emas sebagai investasi. Menurutnya, emas bukan aset produktif, dan Buffett tidak berinvestasi di aset yang tidak produktif. Pandangannya sama tentang Bitcoin, yang ia sebut ‘mungkin racun tikus kuadrat’ dalam surat untuk pemegang saham tahun 2018.
“[Emas] ditambang dari tanah di Afrika atau tempat lain. Lalu kita melelehkannya, gali lubang lain, kubur lagi, dan bayar orang untuk menjaganya. Emas tidak punya kegunaan. Orang dari Mars pasti bingung,” kata Buffett dalam pidato di Harvard tahun 1998. Ini menggambarkan keraguaannya tentang peran emas dalam portofolio investasi produktif.
Filosofi investasi Buffett berakar pada pencarian aset yang menghasilkan pendapatan dan menambah kekayaan seiring waktu. Ia membagi investasi jadi tiga kategori: aset produktif (seperti bisnis dan lahan pertanian), aset yang bergantung pada kelangkaan dan permintaan (seperti emas), dan aset berbasis mata uang. Emas, menurutnya, masuk kategori kedua—aset yang “tidak akan pernah menghasilkan apa-apa” dan nilainya tergantung pada harapan bahwa orang lain akan membayar lebih di masa depan.
Buffett sering bilang, berbeda dengan saham atau lahan pertanian, emas “tidak punya kegunaan” dan tidak menciptakan nilai. Ia pernah membandingkan seluruh emas dunia dengan kubus raksasa senilai triliunan dolar, lalu bertanya: mana yang lebih baik, kubus itu atau semua lahan pertanian dan bisnis terkemuka di AS? Jawabannya jelas baginya: aset produktif.
Meski dikritik Buffett, emas menarik minat baru di tahun 2025, bahkan mencapai rekor tertinggi di atas $3.539 per ons. Kenaikan ini dipicu inflasi, ketidakstabilan geopolitik, dan kekhawatiran soal kebijakan perdagangan bank sentral dan Gedung Putih—faktor yang biasanya mendorong investor ke emas sebagai “safe haven”. Buffett sendiri menyebut emas sebagai “cara bertaruh pada ketakutan”, karena harganya naik saat pasar panik.
Tapi, peringatan Buffett tetap relevan: nilai emas bergantung pada psikologi dan ketakutan kolektif. Saat ketakutan itu hilang, emas kalah karena tidak menghasilkan arus kas atau dividen seperti aset lain.
Portofolio Berkshire Hathaway mencerminkan keyakinan Buffett pada aset produktif. Perusahaan itu memegang saham Apple (AAPL), Coca-Cola (KO), dan American Express (AXP)—perusahaan dengan keunggulan kompetitif dan return konsisten. Pendekatan Buffett fokus pada kesabaran, investasi nilai, dan menciptakan kekayaan jangka panjang, bukan spekulasi jangka pendek.
Kritik Buffett terhadap emas sangat relevan di pasar yang volatile saat ini. Saat investor ramai-ramai beli emas karena ketidakpastian, kata-katanya mengingatkan untuk fokus pada aset yang menciptakan nilai nyata. Bagi Buffett, menambang emas hanya untuk menguburnya lagi adalah hal yang tidak produktif—dan membingungkan bagi pengamat rasional, baik dari Mars atau Bumi.
Bagi yang ingin keamanan finansial jangka panjang, saran Buffett jelas: investasi di bisnis dan aset yang bekerja untukmu, bukan mengandalkan perubahan sentimen dan ketakutan.
Pada tanggal publikasi, Caleb Naysmith tidak memegang posisi (langsung/tidak langsung) di sekuritas yang disebut dalam artikel ini. Semua informasi dan data hanya untuk tujuan informasi. Artikel ini awalnya terbit di Barchart.com.