Wanita Arizona Divonis 8,5 Tahun karena Terlibat Skema Pekerja IT Korea Utara yang Menipu Perusahaan Fortune 500 hingga Jutaan Dolar

Christina Chapman, 50, perempuan dari Arizona yang mengaku bersalah atas tuduhan terkait skema pekerja IT Korea Utara, dihukum 8,5 tahun penjara federal. Hakim Randolph D. Moss juga memerintahkan Chapman menyerahkan uang sebesar $284.000 yang seharusnya dibayarkan ke warga Korea Utara. Dia juga harus membayar denda $176.850—jumlah yang sama dengan yang dia minta dari Korea Utara untuk bantuannya dalam skema yang disebut sebagai salah satu konspirasi pekerja IT terbesar oleh Departemen Kehakiman.

Menurut dokumen pengadilan, Chapman membantu pekerja Korea Utara dapat pekerjaan di perusahaan AS dengan curang. Dia menyembunyikan identitas mereka dengan menerima laptop, memasang software remote, dan isi formulir palsu agar seolah-olah mereka bekerja dari AS. Rumahnya jadi “ladang laptop” dengan label nama perusahaan dan identitas curian, kata foto dari penggerebekan tahun 2023. Skema ini menghasilkan $17,1 juta gaji dari 309 perusahaan AS untuk warga Korea Utara yang pura-pura jadi pekerja IT Amerika. Hampir 70 warga AS jadi korban pencurian identitas.

“Korea Utara bukan cuma ancaman dari jauh. Mereka musuh di dalam negeri. Mereka menipu warga, perusahaan, dan bank Amerika. Ini ancaman untuk semua,” kata Jaksa Jeanine Pirro. “Kalau perusahaan besar seperti Nike bisa kena, perusahaan lain juga bisa. Perusahaan yang tidak verifikasi karyawan remote jadi risiko keamanan. Kalian garis pertahanan pertama.”

Nike termasuk korban dan membayar $70.000 ke pekerja IT Korea Utara tanpa sadar.

Jaksa Matthew Galeotti bilang peran Chapman penting untuk skema penipuan Korea Utara. “Ini contoh ancaman unik dari Korea Utara untuk perusahaan yang hire pekerja remote. Kami akan terus usut orang yang bantu skema kriminal ini.”

MEMBACA  Harga Target Spotify Dinaikkan Menjadi $900 dari $700 oleh BofA

Sebelum sidang, jaksa bilang hukuman ringan akan beri sinyal salah ke Korea Utara dan calon pembantu AS. Ahli keamanan cyber bilang vonis ini jadi contoh untuk hukum orang AS yang bantu musuh pakai AI.

Andrew Borene dari Flashpoint bilang tuntutan ini untuk beri peringatan ke calon pembantu AS dan kirim pesan ke Pyongyang.

Skema Chapman buka tabir kampanye Korea Utara untuk infiltrasi perusahaan AS dan Eropa. Setelah sanksi finansial 2016, pemimpin Korea Utara buat skema kerja remote untuk dapat uang. Pekerja IT mereka dilatih dari kecil, dikirim ke China, Rusia, atau UAE untuk kelola identitas palsu, lamar kerja remote, dan kirim gaji kembali ke Korea Utara. Dana ilegal ini dipakai untuk program nuklir, kata dokumen PBB.

Bagi perusahaan AS, skema pekerja IT Korea Utara jadi peringatan keras. Ratusan perusahaan Fortune 500 sudah hire ribuan pekerja Korea Utara. Skema ini hasilkan $250-600 juta per tahun untuk rezim.

Korban pencurian identitas alami konsekuensi serius, seperti utang pajak palsu dan pemantauan IRS. Salah satu korban ditolak tunjangan pengangguran karena nomor jaminan sosialnya dipakai pekerja IT.

Beberapa orang AS terlibat tanpa sadar. Seorang pembelot Korea Utara bilang orang AS tidak tau mereka kerja dengan warga Korea Utara.

“Rezim Korea Utara dapat jutaan dolar untuk program nuklir dengan korbanin warga dan perusahaan AS,” kata pejabat FBI Roman Rozhavsky. “Tapi mereka tidak bisa sukses tanpa bantuan warga AS seperti Chapman. Vonis hari ini bukti FBI akan terus lawan ancaman dan hukum mereka yang bantu musuh.”

(Note: Includes minor typos/spacing as requested.)